Jumat, 22 Mei 2009

Sambasunda



Didirikan oleh Ismet Ruchimat dkk. di Bandung pada tahun 1990 dengan nama PRAWA, semasa ia masih tercatat sebagai mahasiswa Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Bandung. Dengan sepuluh orang personil, kelompok ini konsisten membawakan garapan-garapan musik kreasi baru dengan perangkat gamelan-gamelan tradisional.
Tahun 1997 kelompok ini berganti nama menjadi CBMW. Pada waktu itu terasa adanya perbedaan dalam gaya garapannya; lebih eksploratif, serta lebih fleksibel dalam menafsirkan jargon-jargon musik tradisi (karawitan). Perubahan pada gaya-gaya garapan ini nampaknya sebagai pengaruh langsung dari eksperimentasi serta pengolahan media ungkapnya (instrumen). Pada waktu itu, selain memakai gamelan degung, dipakai pula seperangkat gamelan eksperimen dari bambu berlaras pelog 8 nada. Contoh garapan seperti ini dapat dilihat dalam album pertama kelompok ini yang bertitel Sambasunda (Album CBMW; Sambasunda. Gema Nada Pertiwi. 1998)
Tahun 1998, kelompok ini kembali berganti nama menjadi Sambasunda. Nama ini boleh jadi sangat terinspirasi oleh salah satu lagu yang menjadi andalan dalam album pertamanya Sambasunda. Tidak dapat dipungkiri kalau nama itu sangat berbau latin, dan memang ada benarnya pula kalau gaya latin tampak kental dalam musik-musik yang dibawakan Sambasunda. Samba yang nyunda, mungkin secara sederhananya dapat dikatakan demikian. Tapi bagi Ismet Ruchimat dan kawan-kawan, tak hanya itu arti yang terkandung didalamnya. Sebab budaya Sunda juga mempunyai kata tersebut dalam kosa kata bahasanya, dan uniknya juga mempunyai interpretasi yang saling melengkapi. Kata samba dalam pengertian Sunda merujuk pada anak-anak muda dalam masa pubertasnya yang penuh semangat. Selain itu ada juga seorang tokoh wayang bernama Samba, Pangeran Samba, putera dari Betara Kresna. Bukti-bukti diatas menegaskan bahwa kata 'samba' bukan hanya milik kebudayan latin.
Awal tahun 2000 kata Performing Arts digandengkan dengan Sambasunda untuk menegaskan bahwa kelompok ini tidak hanya menggarap bidang musik, tapi juga berbagi bidang seni pertunjukan lainnya seperti seni tari dan teater. Selain itu cakupan aktivitasnya diperluas.Tidak hanya sebagai penggarap seni, tetapi juga melakukan usaha-usaha ke arah edukasional serta konservasi seni tradisi, seperti kegiatan pelatihan, misi budaya, workshop serta kampanye pengenalan seni tradisi pada anak-anak sekolah dasar dan menengah. Nama Sambasunda Performing Arts ini sudah mulai diperkenalkan pada sampul album kedua yang bertemakan Jaipongan. Pada album ini gaya eksloratif masih tercermin dari penggunaan gamelan Bali dipadu gamelan salendro. Hasilnya tentu saja berbeda dengan musik iringan Jaipongan yang biasa karena penambahan gamelan Bali yang berlaras mirip-mirip degung menjadikan nuansa lagu sama-sekali berbeda dengan menggunakan gamelan salendro. Belum lagi mengenai musikalitasnya, gamelan Bali dikenal dengan pola-pola melodi carukan yang sangat cepat sehingga semakin memperluas kemungkinan dalam bereksperimen (Bajidor Kahot, Album Sambasunda;Bali-Jaipong, Gema Nada Pertiwi, 2000)
Masih tahun 2000, Sambasunda kembali mengolah gamelan Bali dalam album ketiganya; Sunda Bali. Lima dari sepuluh lagu dalam album ini adalah aransemen dari lagu-lagu yang telah sangat dikenal masyarakat Sunda, bahkan Bali (Sabilulungan), tetapi bawakan dengan gaya yang sangat tidak biasa. Selain penggunaan gamelan Bali beserta vokabulernya, ketidak biasaan ini juga sebagai pengaruh dari penambahan instrumen-instrumen "tidak biasa" lainnya seperti conga, djembe, digerido serta flute (Sabilulungan, Album Sambasunda; Sunda Bali, Gema Nada Pertiwi, 2000).
Setelah meluncurkan sebuah album bertema keagamaan (Album Sambasunda; Takbir dan Shalawat, Gema Nada Pertiwi, 2001), eksplorasi terhadap alat musik bamboo kemudian berlanjut pada album kelima bertajuk Salsa and Salse. Pada Album ini basis instrument keseluruhannya adalah gamelan Bambu dengan basis musikal berbagai gaya latin -- serta tentu saja Sunda(Teamrisk, Album Sambasunda; Salsa And Salse, Gema Nada Pertiwi, 2001). Dengan jumlah instrumen yang jauh bertambah jika dibandingkan dari saat dibuatnya album pertama, proses pembuatan album ini adalah kerja besar yang melibatkan tak kurang dari 35 pendukung.
Pada bulan Mei 2002, Sambasunda turut memotori sebuah kegiatan yang melibatkan para seniman Jawa Barat dalam acara "Sawengi di Tatar Sunda; Journey to the Land of Beauty". Acara yang digelar di Hotel Mulia Jakarta serta melibatkan sekitar 250 pendukung ini diresmikan langsung oleh Presiden Megawati Sukarnoputri.
Masih dibulan Mei, Sambasunda turut berpartisipasi dalam festival yang diadakan Pemda Riau bertema "Festival Gendang Serumpun Se-Asean" di Pekanbaru. Bulan Nopember Sambasunda diundang pemerintah China untuk berpartisipasi dalam 2002 Nanning International Art Festival of Folksongs di kota Nanning-Guangxi. Pada festival ini, Sambasunda membawakan lagu-lagu terdahulu serta beberapa aransemen baru dari lagu-lagu daerah Nusantara

PERSONIL
Saat ini Sambasunda beranggotakan 25 orang seniman-seniman muda, sebagian besar terdiri dari lulusan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung.
Berikut ini nama-nama anggota yang saat ini aktif di
Sambasunda.
  1. Ismet Ruchimat, S.Sn. M.Hum (komposer)
  2. Efiq Zulfiqar, S.Sn (komposer)
  3. Yadi Cahyadi,S.Sn (komposer)
  4. Nur Azis S.Sn (pemusik)
  5. Asep Yana, S.Sn (pemusik)
  6. Gungun Permana,S.Sn (pemusik)
  7. Efendi Jaenudin, S.Sn (pemusik)
  8. Budi Sofyan,S.Sn (pemusik)
  9. Acep Hidayat, S.Sn (pemusik)
  10. Dadang Samsudin,S.Sn (pemusik)
  11. Endang Rukandi,S.Sn (pemusik)
  12. Atang Suryaman, S.Sn (pemusik)
  13. Endi Supendi, A.Md. (pemusik)
  14. Dinda Satya, S.Sn. M.Hum (pemusik)
  15. Rizko Agung (pemusik)
  16. Budiyana (pemusik)
  17. Iman Lukman Hakim (pemusik)
  18. Tedi Hataji (pemusik)
  19. Rudi Muhkram (pemusik)
  20. Tantan Hartana, S.Sn (pemusik)
  21. Tettiani Mugiono (penyanyi)
  22. Rita Tila (penyanyi)
  23. Ati Sumiati (koreografer)
  24. Taufik Hidayat (koreografer)
  25. Hilda (penari)
ALBUM REKAMAN:
  1. Album Sambasunda: "Rythmical Sundanese People" Gema Nada Pertiwi, 1997.
  2. Album Gebyar Bali Jaipong: "Bajidor Kahot", Gema Nada Pertiwi, 2000.
  3. Album Sunda-Bali: "Millenium Ritual", Gema Nada Pertiwi, 2000.
  4. Album Takbir & Shalawat, Gema Nada Pertiwi, 2001.
  5. Album Salsa & Salse: "We Play, We Live, We Eat With Bamboo" Gema Nada Pertiwi, 2002.
  6. Album Kompilasi: "World Music Rough Guide" 2000.
  7. Album Kompilasi: "Island Blues", 2002
  8. Album Kompilasi: "Travelogue", 2002
  9. Album Return To Greatest, 2003
  10. Album Reggae & Reggoe, 2004
  11. Album Rahwana's Cry, 2005

Album : Seventh Sense




Album : Sambasunda 1997

1. Sambasunda - Sambasunda (5:13)
2. Sambasunda - Munding Dorakala (5:47)
3. Sambasunda - Tamaburo (8:40)
4. Sambasunda - Lost Two Tigers (6:43)
5. Sambasunda - Berekis (4:20)
6. Sambasunda - Babah Ngawih (4:06)
7. Sambasunda - Kaligata Goragarago (13:03)
8. Sambasunda - Dikantun Tugas (5:42)
9. Sambasunda - Sumimaula (6:11)

Download full album


Video :
Sambasunda in Shibuya
Sambasunda 1
Sambasunda 2
sambasunda 3
Sambasunda 4

1 komentar:

  1. mugi-mugi group sambasunda tetep eksis didunia kreasi seni budaya sunda ulah dugi ka leungiten ciciren karuhun urang anu kacida luhur ajena, komo jadi luntur kulantaran ayana seni budaya nudaratang ti luar nagri. Ayeuna teh urang keur dijajah ku ediologi sareng kasenian atawa budaya ku bangsa duengeun, saur doel sumbangmah!! ari bareto mah diajah ku si jangkung Walanda 3,5 abad dituluykeun kusi pendek Jepang sekian taun.... piduana sing tetap eksis sareng ngahsilkeun kreasi-kreasi budaya sunda, sabab tembang sareng kidung sunda teh salah sahiji pemepeh bumi piken mepende alam supaya ulah buncah pakewuh, tur panglipur kanyeri alam nu kuurang saban poe di nyenyeri kukalakuan nu teu gaduh rasa tanggungjawab contona micen sampah kakali jst...........

    BalasHapus