Rabu, 31 Oktober 2012
Upit Sarimanah
Suryamah yang dikenal sebagai Upit Sarimanah (lahir di Purwakarta, 16 April 1928-11 Februari 1992) adalah seorang pesinden Indonesia di era 50-an. Beliau dikenal dengan lagu "Mojang Priangan".
Beberapa lagu Upit Sarimanah yang lain yang populer antara lain Bajing Luncat, Sakadang Kuya jeung Monyet, Kukupu, dan Sedih Prihatin. Upit pernah memimpin “Gamelan Siliwangi”. Beberapa lagu yang direkam Perusahaan Piringan Hitam “Dimita Moulding Industries” antara lain Ekek Paeh Tablo (NN), Karyawan Elodan (Upit Sarimanah), Tauco Cianjur (Moch. Jasin), Nampi Ondangan, Gupay Pileuleuyan (Mang Koko), Mojang (Upit Sarimanah), Bangbung Ranggaek (Kosaman Djaja), Nyoreang ka Tukang, Bajing Luncat (Kosaman Djaja), Hariring nu Kungsi Nyanding (Mang Koko/S. Winarja), dan Mapay Laratan.
Upit Sarimanah di usia lanjutnya mengidap komplikasi ginjal, darah tinggi dan beberapa penyakit lainnya, menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Al Afiah pada 11 Februari 1992.
Beberapa album Upit Sarimanah:
- Gending Sunda
- Parade Kota Kembang
- Gamelan Seni Sunda Siliwangi
- Gambang Krawang
- Sakadang Kuya/Kulu2 Deungkleung
- Mangle/Surung dayung
- Darmayon/Lembur Kuring
- Lembur Kuring
- Sorban Palid/ Pangeretan
- Hayam Ngupuk/Doblang
Link download diambil dari koleksi madrotter-treasure-hunt.blogspot.com
Label:
*Biografi,
*Degung,
*gamelan,
Upit Sarimanah
Nengsih & Sadi M - Jam Wolu
Tarling Teng Dung - Jam Wolu
Bhayangkara Buana Putra
Pimp : H.W.Ismail
Penyanyi : Nengsih, Sadi M.
1. jam Wolu
2. sampean Kawinan
3. Ingkar Janji
4. Seba keder
5. Ora Aneh
6. Apa Karepe
7. Rujuk
8. Ingut Ingutan
9. kegoda
10. Pergaulan
Thanks to : madrotter-treasure-hunt.blogspot.com
Label:
*Tarling Teng-Dung,
Nengsih,
Sadi M
Gending Dolanan - Kupu Kuwi (1972)
Gending Dolanan - Kupu Kuwi
Keluarga Karawitan Studio R.R.I Surakarta
01. Kupu Kuwi Pl.6 (Nji Sumarmi dkk.)
02. Bibis Pl.6 (Nji Sumarmi dkk.)
03. Djamuran Sl.9 (Nji Tukinem dkk.)
04. Lindri Sl.9 (Nji Suparni dkk.)
05. Djaratu Sl.mnjr. (Bersama)
06. Dempo Pl.br. (Nji Sumarmi dkk.)
07. Djago Kate Pl.br. (Bersama)
08. Tjempa Sl.9 (Nji Supami dkk.)
09. Djagoan Sl.9 (Nji Prendjak dkk.)
10. Tatanja Pl.br. (Nji Sumarmi dkk.)
Label:
*Gending,
*Karawitan
Gus Teja - Flutes For Love (2012)
Gus Teja - Flutes For Love
1. Feel with Love
2. Hero
3. Lost Love
4. Beauty in Colors
5. Suara Cinta
6. Coming Home
7. Jepun Putih
8. Stalaktite Cave
9. Bali Jalan-Jalan
10. Melody of Peace
Label:
*Bali,
*gamelan,
*World Music,
Gus Teja
Gus Teja - Rhythm Of Paradise (2010)
Agus Teja was born in April 1982 and is the youngest of 4 children from Junjungan Ubud Bali. He studied Balinese and contemporary music at Institute Seni Indonesia Denpasar from 2000 till 2004 and is currently seeking to received his masters degree in art. From 2003 until 2008, Agus performed and taught traditional Balinese music as well as contemporary music all over Bali.
Agus Teja founded Gus Teja World Music in 2009 while at this time he created and tuned the Tingklik Baro (Balinese bamboo instrument ), Slokro / Slonding Chromatic ( Balinese metal instrument ) and assorted flute himself. In 2010 he released his first album called “Rhythm of Paradise”, Which has become one of the best selling Album in Bali, and continues to perform in a multitude of music festivals, as the world music festival and the ethnic music festival just to name a few.
Gus Teja World Music is an
ethnic music group that blends traditional musical instruments such as
slonding, tingklik, drums, and flute combined with modern musical
instruments like guitar and bass guitar. Gus Teja World Music features
flutes from all around the world, like the Native American Flute,
Shakuhachi, Pan Flute, Bansuri,Ocarina, and of course also Balinese
flute.
1. Situ Sayong ( Secret of the Lake )
2. Morning Happiness
3. Putri Cening Ayu ( Balinese Folks Song )
4. Galang Bulan ( The Full Moon )
5. Whispering of Hopes
6. Bali Shanti
7. Dream
8. Hidden Beauty
Label:
*Bali,
*gamelan,
*World Music,
Gus Teja
Sunarto MA & Uun Kurniasih - Tak Enteni Selawase
Tarling Teng Dung - Tek Enteni Selawase
Penyanyi : Sunarto MA & Uun Kurniasih
1. Tek Enteni Selawase
2. Kangen
3. Ditinggal Kari
4. Mendi Parane
5. Secangkir Kopi
6. Korban Rayuan
7. Cinta Mulia
8. Asmara Cinta
9. Kelingan
10. Rangda Kembang
Thanks to: madrotetr-treasure-hunt.blogspot.com
Label:
*Tarling Dangdut,
Hj.UUn Kurniasih,
Sunarto MA
H.Dariyah & Yoyo S - Play Boy
Tarling Dangdut Cahaya Muda - Play Boy
Penyanyi : Hj.Dariyah, Yoyo S.
1. Playboy
2. Aja Ngganggu
3. Klalen Ning Janji
4. Hobye Pemusa
5. Pengaruh Asmara
6. Ngledek
7. Aja Ngomong
8. Gambaran Urip
9. Gara-Gara Kenalan
10. Kecewa
Label:
*Tarling Dangdut,
Dariyah,
Yoyo S.
Rabu, 24 Oktober 2012
Cicih cangkurileung - Reumis Janari
Cicih Cangkurileung - Reumis Janari
Jaipong Ibingan Karawang Group
Pimpinan : HMA Dimyati
Sinden : Cicih Cangkurileung
Kendang : Ujang Bei
1. Reumis janari
2. Emut Ka Salira
3. Renggong Sanga naik Sanga Gancang
4. Bardin
5. Mojang Bandung
6. Banjaran
7. Tepang Sono
8. Angle
Label:
*Jaipongan,
Cicih Cangkurileung
Selasa, 23 Oktober 2012
Cicih Cangkurileung
Cicih Cangkurileung adalah nama panggung untuk pesinden yang dikenal sebagai penyanyi jaipongan, kliningan, serta kecapian. Nama aslinya adalah Cicih Rukesih. Cicih telah merilis lebih dari 100 album kaset, salah satu lagu hitnya adalah "Adumanis".
Cicih Cangkurileung telah telah berkarier di dunia seni Sunda lebih dari 45 tahun, dan dikenal sebagai pesinden yang memiliki warna suara yang gahar (lantang), improvisasi dalam senggol (ornamen lagu) terutama senggol kejawen, pedotan (teknik masuk, pada tiap baris lagu).
Ia dilahirkan di tengah keluarga pemusik dan dalang. Sejak kecil ia sudah menyanyi di depan umum. Nama panggung Cangkurileung (kutilang) mulai dipakainya ketika mengikuti kontes sinden yang mengharuskan peserta menggunakan nama burung di belakang asli.
Album
- Sunda Klasik Titip Salam (bersama Mitra Kencana Gamelan Group)
- Sunda Klasik Ngiring Bingah
- Sunda Klasik Cicih Cangkurileung
- Sunda Klasik Nginring Bingali
- Jaipong Ibingan Adumanis Cicih
- Gita Jaipong Cicih Amplop Biru
- Sunda Klasik Nikmat Duriat
- Top Jaipong Gadis Subang
Label:
Cicih Cangkurileung
Jayana & Dadang Darniyah - Klasik Cirebonan
Jayana & Dadang Darniyah - Klasik Cirebonan
Tarling Endang Darma
Pimp : Dadang Darniyah
1. Puter Giling
2. Klasik Malela
3. Barat Pucuk
4. Rawe Rantas
Thanks to: madrotter-treasure-hunt.blogspot.com
Label:
*tarling klasik,
Dadang Darniyah,
Jayana
Sabtu, 20 Oktober 2012
H.Dariyah - Sono Deui
Jaipong - Sono Deui
Iringan : Jaipong Rineka Gaya
Sinden : Hj.Dariyah
Wirasuara : Iin Subarjah
Kendang : Koko Wahyudin
Rebab : Suwarta
Download
Label:
*Jaipongan,
Dariyah
H.Dariyah & H.Aam Kaminah - Riwayat Dadi Sinden
Tarling Cahaya Muda - Riwayat Dadi Sinden
Pesinden : H.Dariyah, H.Aam Kaminah
1. Riwayat dadi Sinden
2. Klasik Cirebon Kombinasi
3. a. Gambang Suling
b. Panutan
c. Kong Kong Kalingkong
Label:
*tarling klasik,
Dariyah,
Hj.Aam Kaminah
H.Dariyah - Renggong Manis
Tarling Klasik Cahaya Muda - "Renggong Manis"
Penyanyi : H.Dariyah
1. Renggong Manis
2. Cirebon Petit
3. Banjaran
4. Bayeman
Download
Label:
*tarling klasik,
Dariyah
Serat Kalatida
SERAT KALATIDA
1. Mangkya darajating praja
Kawuryan wus sunyaturi
Rurah pangrehing ukara
Karana tanpa palupi
Atilar silastuti
Sujana sarjana kelu
Kalulun kala tida
Tidhem tandhaning dumadi
Ardayengrat dene karoban rubeda
Keadaan negara waktu sekarang, sudah semakin merosot.
Situasi (keadaan tata negara) telah rusah, karena sudah tak ada yang dapat diikuti lagi.
Sudah banyak yang meninggalkan petuah-petuah/aturan-aturan lama.
Orang cerdik cendekiawan terbawa arus Kala Tidha (jaman yang penuh keragu-raguan).
Suasananya mencekam. Karena dunia penuh dengan kerepotan.
2. Ratune ratu utama
Patihe patih linuwih
Pra nayaka tyas raharja
Panekare becik-becik
Paranedene tan dadi
Paliyasing Kala Bendu
Mandar mangkin andadra
Rubeda angrebedi
Beda-beda ardaning wong saknegara
Sebenarnya rajanya termasuk raja yang baik,
Patihnya juga cerdik, semua anak buah hatinya baik, pemuka-pemuka masyarakat baik,
namun segalanya itu tidak menciptakan kebaikan.
Oleh karena daya jaman Kala Bendu.
Bahkan kerepotan-kerepotan makin menjadi-jadi.
Lain orang lain pikiran dan maksudnya.
3.Katetangi tangisira
Sira sang paramengkawi
Kawileting tyas duhkita
Katamen ing ren wirangi
Dening upaya sandi
Sumaruna angrawung
Mangimur manuhara
Met pamrih melik pakolih
Temah suka ing karsa tanpa wiweka
Waktu itulah perasaan sang Pujangga menangis, penuh kesedihan,
mendapatkan hinaan dan malu, akibat dari perbuatan seseorang.
Tampaknya orang tersebut memberi harapan menghibur
sehingga sang Pujangga karena gembira hatinya dan tidak waspada.
4.Dasar karoban pawarta
Bebaratun ujar lamis
Pinudya dadya pangarsa
Wekasan malah kawuri
Yan pinikir sayekti
Mundhak apa aneng ngayun
Andhedher kaluputan
Siniraman banyu lali
Lamun tuwuh dadi kekembanging beka
Persoalannya hanyalah karena kabar angin yang tiada menentu.
Akan ditempatkan sebagai pemuka tetapi akhirnya sama sekali tidak benar,
bahkan tidak mendapat perhatian sama sekali.
Sebenarnya kalah direnungkan, apa sih gunanya menjadi pemuka/pemimpin ?
Hanya akan membuat kesalahan-kesalahan saja.
Lebih-lebih bila ketambahan lupa diri, hasilnya tidak lain hanyalah kerepotan.
5. Ujaring panitisastra
Awewarah asung peling
Ing jaman keneng musibat
Wong ambeg jatmika kontit
Mengkono yen niteni
Pedah apa amituhu
Pawarta lolawara
Mundhuk angreranta ati
Angurbaya angiket cariteng kuna
Menurut buku Panitisastra (ahli sastra), sebenarnya sudah ada peringatan.
Didalam jaman yang penuh kerepotan dan kebatilan ini, orang yang berbudi tidak terpakai.
Demikianlah jika kita meneliti. Apakah gunanya meyakini kabar angin akibatnya hanya akan menyusahkan hati saja. Lebih baik membuat karya-karya kisah jaman dahulu kala.
6. Keni kinarta darsana
Panglimbang ala lan becik
Sayekti akeh kewala
Lelakon kang dadi tamsil
Masalahing ngaurip
Wahaninira tinemu
Temahan anarima
Mupus pepesthening takdir
Puluh-Puluh anglakoni kaelokan
Membuat kisah lama ini dapat dipakai kaca benggala,
guna membandingkan perbuatan yang salah dan yang betul.
Sebenarnya banyak sekali contoh -contoh dalam kisah-kisah lama,
mengenai kehidupan yang dapat mendinginkan hati, akhirnya "nrima"
dan menyerahkan diri kepada kehendak Tuhan.
Yah segalanya itu karena sedang mengalami kejadian yang aneh-aneh.
7. Amenangi jaman edan
Ewuh aya ing pambudi
Milu edan nora tahan
Yen tan milu anglakoni
Boya kaduman melik
Kaliren wekasanipun
Ndilalah karsa Allah
Begja-begjane kang lali
Luwih begja kang eling lawan waspada
Hidup didalam jaman edan, memang repot.
Akan mengikuti tidak sampai hati, tetapi kalau tidak mengikuti geraknya jaman
tidak mendapat apapun juga. Akhirnya dapat menderita kelaparan.
Namun sudah menjadi kehendak Tuhan. Bagaimanapun juga walaupun orang yang lupa itu bahagia namun masih lebih bahagia lagi orang yang senantiasa ingat dan waspada.
8. Semono iku bebasan
Padu-padune kepengin
Enggih mekoten man Doblang
Bener ingkang angarani
Nanging sajroning batin
Sejatine nyamut-nyamut
Wis tuwa arep apa
Muhung mahas ing asepi
Supayantuk pangaksamaning Hyang Suksma
Yah segalanya itu sebenarnya dikarenakan keinginan hati. Betul bukan ?
Memang benar kalau ada yang mengatakan demikian.
Namun sebenarnya didalam hati repot juga. Sekarang sudah tua,
apa pula yang dicari. Lebih baik menyepi diri agar mendapat ampunan dari Tuhan.
9.Beda lan kang wus santosa
Kinarilah ing Hyang Widhi
Satiba malanganeya
Tan susah ngupaya kasil
Saking mangunah prapti
Pangeran paring pitulung
Marga samaning titah
Rupa sabarang pakolih
Parandene maksih taberi ikhtiyar
Lain lagi bagi yang sudah kuat. Mendapat rakhmat Tuhan.
Bagaimanapun nasibnya selalu baik.
Tidak perlu bersusah payah tiba-tiba mendapat anugerah.
Namun demikian masih juga berikhtiar.
10. Sakadare linakonan
Mung tumindak mara ati
Angger tan dadi prakara
Karana riwayat muni
Ikhtiyar iku yekti
Pamilihing reh rahayu
Sinambi budidaya
Kanthi awas lawan eling
Kanti kaesthi antuka parmaning Suksma
Apapun dilaksanakan. Hanya membuat kesenangan pokoknya tidak menimbulkan persoalan.
Agaknya ini sesuai dengan petuah yang mengatakan bahwa manusia itu wajib ikhtiar,
hanya harus memilih jalan yang baik.
Bersamaan dengan usaha tersebut juga harus awas dan
waspada agar mendapat rakhmat Tuhan.
11. Ya Allah ya Rasulullah
Kang sipat murah lan asih
Mugi-mugi aparinga
Pitulung ingkang martani
Ing alam awal akhir
Dumununging gesang ulun
Mangkya sampun awredha
Ing wekasan kadi pundi
Mula mugi wontena pitulung Tuwan
Ya Allah ya Rasulullah, yang bersifat murah dan asih,
mudah-mudahan memberi pertolongan kepada hambamu disaat-saat menjelang akhir ini.
Sekarang kami telah tua, akhirnya nanti bagaimana.
Hanya Tuhanlah yang mampu menolong kami.
12. Sageda sabar santosa
Mati sajroning ngaurip
Kalis ing reh aruraha
Murka angkara sumingkir
Tarlen meleng malat sih
Sanityaseng tyas mematuh
Badharing sapudhendha
Antuk mayar sawetawis
BoRONG angGA saWARga meSI marTAya
Mudah-mudahan kami dapat sabar dan sentosa,
seolah-olah dapat mati didalam hidup.
Lepas dari kerepotan serta jauh dari keangakara murkaan.
Biarkanlah kami hanya memohon karunia pada MU agar mendapat ampunan sekedarnya.
Kemudian kami serahkan jiwa dan raga dan kami.
1. Mangkya darajating praja
Kawuryan wus sunyaturi
Rurah pangrehing ukara
Karana tanpa palupi
Atilar silastuti
Sujana sarjana kelu
Kalulun kala tida
Tidhem tandhaning dumadi
Ardayengrat dene karoban rubeda
Keadaan negara waktu sekarang, sudah semakin merosot.
Situasi (keadaan tata negara) telah rusah, karena sudah tak ada yang dapat diikuti lagi.
Sudah banyak yang meninggalkan petuah-petuah/aturan-aturan lama.
Orang cerdik cendekiawan terbawa arus Kala Tidha (jaman yang penuh keragu-raguan).
Suasananya mencekam. Karena dunia penuh dengan kerepotan.
2. Ratune ratu utama
Patihe patih linuwih
Pra nayaka tyas raharja
Panekare becik-becik
Paranedene tan dadi
Paliyasing Kala Bendu
Mandar mangkin andadra
Rubeda angrebedi
Beda-beda ardaning wong saknegara
Sebenarnya rajanya termasuk raja yang baik,
Patihnya juga cerdik, semua anak buah hatinya baik, pemuka-pemuka masyarakat baik,
namun segalanya itu tidak menciptakan kebaikan.
Oleh karena daya jaman Kala Bendu.
Bahkan kerepotan-kerepotan makin menjadi-jadi.
Lain orang lain pikiran dan maksudnya.
3.Katetangi tangisira
Sira sang paramengkawi
Kawileting tyas duhkita
Katamen ing ren wirangi
Dening upaya sandi
Sumaruna angrawung
Mangimur manuhara
Met pamrih melik pakolih
Temah suka ing karsa tanpa wiweka
Waktu itulah perasaan sang Pujangga menangis, penuh kesedihan,
mendapatkan hinaan dan malu, akibat dari perbuatan seseorang.
Tampaknya orang tersebut memberi harapan menghibur
sehingga sang Pujangga karena gembira hatinya dan tidak waspada.
4.Dasar karoban pawarta
Bebaratun ujar lamis
Pinudya dadya pangarsa
Wekasan malah kawuri
Yan pinikir sayekti
Mundhak apa aneng ngayun
Andhedher kaluputan
Siniraman banyu lali
Lamun tuwuh dadi kekembanging beka
Persoalannya hanyalah karena kabar angin yang tiada menentu.
Akan ditempatkan sebagai pemuka tetapi akhirnya sama sekali tidak benar,
bahkan tidak mendapat perhatian sama sekali.
Sebenarnya kalah direnungkan, apa sih gunanya menjadi pemuka/pemimpin ?
Hanya akan membuat kesalahan-kesalahan saja.
Lebih-lebih bila ketambahan lupa diri, hasilnya tidak lain hanyalah kerepotan.
5. Ujaring panitisastra
Awewarah asung peling
Ing jaman keneng musibat
Wong ambeg jatmika kontit
Mengkono yen niteni
Pedah apa amituhu
Pawarta lolawara
Mundhuk angreranta ati
Angurbaya angiket cariteng kuna
Menurut buku Panitisastra (ahli sastra), sebenarnya sudah ada peringatan.
Didalam jaman yang penuh kerepotan dan kebatilan ini, orang yang berbudi tidak terpakai.
Demikianlah jika kita meneliti. Apakah gunanya meyakini kabar angin akibatnya hanya akan menyusahkan hati saja. Lebih baik membuat karya-karya kisah jaman dahulu kala.
6. Keni kinarta darsana
Panglimbang ala lan becik
Sayekti akeh kewala
Lelakon kang dadi tamsil
Masalahing ngaurip
Wahaninira tinemu
Temahan anarima
Mupus pepesthening takdir
Puluh-Puluh anglakoni kaelokan
Membuat kisah lama ini dapat dipakai kaca benggala,
guna membandingkan perbuatan yang salah dan yang betul.
Sebenarnya banyak sekali contoh -contoh dalam kisah-kisah lama,
mengenai kehidupan yang dapat mendinginkan hati, akhirnya "nrima"
dan menyerahkan diri kepada kehendak Tuhan.
Yah segalanya itu karena sedang mengalami kejadian yang aneh-aneh.
7. Amenangi jaman edan
Ewuh aya ing pambudi
Milu edan nora tahan
Yen tan milu anglakoni
Boya kaduman melik
Kaliren wekasanipun
Ndilalah karsa Allah
Begja-begjane kang lali
Luwih begja kang eling lawan waspada
Hidup didalam jaman edan, memang repot.
Akan mengikuti tidak sampai hati, tetapi kalau tidak mengikuti geraknya jaman
tidak mendapat apapun juga. Akhirnya dapat menderita kelaparan.
Namun sudah menjadi kehendak Tuhan. Bagaimanapun juga walaupun orang yang lupa itu bahagia namun masih lebih bahagia lagi orang yang senantiasa ingat dan waspada.
8. Semono iku bebasan
Padu-padune kepengin
Enggih mekoten man Doblang
Bener ingkang angarani
Nanging sajroning batin
Sejatine nyamut-nyamut
Wis tuwa arep apa
Muhung mahas ing asepi
Supayantuk pangaksamaning Hyang Suksma
Yah segalanya itu sebenarnya dikarenakan keinginan hati. Betul bukan ?
Memang benar kalau ada yang mengatakan demikian.
Namun sebenarnya didalam hati repot juga. Sekarang sudah tua,
apa pula yang dicari. Lebih baik menyepi diri agar mendapat ampunan dari Tuhan.
9.Beda lan kang wus santosa
Kinarilah ing Hyang Widhi
Satiba malanganeya
Tan susah ngupaya kasil
Saking mangunah prapti
Pangeran paring pitulung
Marga samaning titah
Rupa sabarang pakolih
Parandene maksih taberi ikhtiyar
Lain lagi bagi yang sudah kuat. Mendapat rakhmat Tuhan.
Bagaimanapun nasibnya selalu baik.
Tidak perlu bersusah payah tiba-tiba mendapat anugerah.
Namun demikian masih juga berikhtiar.
10. Sakadare linakonan
Mung tumindak mara ati
Angger tan dadi prakara
Karana riwayat muni
Ikhtiyar iku yekti
Pamilihing reh rahayu
Sinambi budidaya
Kanthi awas lawan eling
Kanti kaesthi antuka parmaning Suksma
Apapun dilaksanakan. Hanya membuat kesenangan pokoknya tidak menimbulkan persoalan.
Agaknya ini sesuai dengan petuah yang mengatakan bahwa manusia itu wajib ikhtiar,
hanya harus memilih jalan yang baik.
Bersamaan dengan usaha tersebut juga harus awas dan
waspada agar mendapat rakhmat Tuhan.
11. Ya Allah ya Rasulullah
Kang sipat murah lan asih
Mugi-mugi aparinga
Pitulung ingkang martani
Ing alam awal akhir
Dumununging gesang ulun
Mangkya sampun awredha
Ing wekasan kadi pundi
Mula mugi wontena pitulung Tuwan
Ya Allah ya Rasulullah, yang bersifat murah dan asih,
mudah-mudahan memberi pertolongan kepada hambamu disaat-saat menjelang akhir ini.
Sekarang kami telah tua, akhirnya nanti bagaimana.
Hanya Tuhanlah yang mampu menolong kami.
12. Sageda sabar santosa
Mati sajroning ngaurip
Kalis ing reh aruraha
Murka angkara sumingkir
Tarlen meleng malat sih
Sanityaseng tyas mematuh
Badharing sapudhendha
Antuk mayar sawetawis
BoRONG angGA saWARga meSI marTAya
Mudah-mudahan kami dapat sabar dan sentosa,
seolah-olah dapat mati didalam hidup.
Lepas dari kerepotan serta jauh dari keangakara murkaan.
Biarkanlah kami hanya memohon karunia pada MU agar mendapat ampunan sekedarnya.
Kemudian kami serahkan jiwa dan raga dan kami.
Label:
Serat Kalatida
Raden Ngabehi Rangga Warsita
Raden Ngabehi Rangga Warsita (alternatif: Ronggowarsito; lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 15 Maret 1802 – meninggal di Surakarta, Jawa Tengah, 24 Desember 1873 pada umur 71 tahun) adalah pujangga besar budaya Jawa yang hidup di Kasunanan Surakarta. Ia dianggap sebagai pujangga besar terakhir tanah Jawa.
Asal-Usul
Nama aslinya adalah Bagus Burham. Ia adalah putra dari Mas Pajangswara dan cucu dari Yasadipura II, pujangga besar Kasunanan Surakarta.
Ayah Bagus Burham merupakan keturunan Kesultanan Pajang sedangkan ibunya adalah keturunan dari Kesultanan Demak. Bagus Burham juga memiliki seorang pengasuh setia bernama Ki Tanujoyo.
Riwayat Masa Muda
Sewaktu muda Burham terkenal nakal dan gemar judi. Ia dikirim kakeknya untuk berguru agama Islam pada Kyai Imam Besari pemimpin Pesantren Gebang Tinatar di desa Tegalsari (Ponorogo). Pada mulanya ia tetap saja bandel, bahkan sampai kabur ke Madiun. Setelah kembali ke Ponorogo, konon, ia mendapat "pencerahan" di Sungai Kedungwatu, sehingga berubah menjadi pemuda alim yang pandai mengaji.
Ketika pulang ke Surakarta, Burham diambil sebagai cucu angkat Panembahan Buminoto (adik Pakubuwana IV). Ia kemudian diangkat sebagai Carik Kadipaten Anom bergelar Mas Pajanganom tanggal 28 Oktober 1819.
Pada masa pemerintahan Pakubuwana V (1820 – 1823), karier Burham tersendat-sendat karena raja baru ini kurang suka dengan Panembahan Buminoto yang selalu mendesaknya agar pangkat Burham dinaikkan.
Pada tanggal 9 November 1821 Burham menikah dengan Raden Ayu Gombak dan ikut mertuanya, yaitu Adipati Cakradiningrat di Kediri. Di sana ia merasa jenuh dan memutuskan berkelana ditemani Ki Tanujoyo. Konon, Burham berkelana sampai ke pulau Bali di mana ia mempelajari naskah-naskah sastra Hindu koleksi Ki Ajar Sidalaku.
Puncak Kejayaan Karier
Bagus Burham diangkat sebagai Panewu Carik Kadipaten Anom bergelar Raden Ngabei Ronggowarsito, menggantikan ayahnya yang meninggal di penjara Belanda tahun 1830. Lalu setelah kematian kakeknya (Yasadipura II), Ranggawarsita diangkat sebagai pujangga Kasunanan Surakarta oleh Pakubuwana VII pada tanggal 14 September 1845.
Pada masa inilah Ranggawarsita melahirkan banyak karya sastra. Hubungannya dengan Pakubuwana VII juga sangat harmonis. Ia juga dikenal sebagai peramal ulung dengan berbagai macam ilmu kesaktian.Naskah-naskah babad cenderung bersifat simbolis dalam menggambarkan keistimewaan Ranggawarsita. Misalnya, ia dikisahkan mengerti bahasa binatang. Ini merupakan simbol bahwa, Ranggawarsita peka terhadap keluh kesah rakyat kecil.
Misteri Kematian
Pakubuwana IX naik takhta sejak tahun 1861. Ia adalah putra Pakubuwana VI yang dibuang ke Ambon tahun 1830 karena mendukung Pangeran Diponegoro. Konon, sebelum menangkap Pakubuwana VI, pihak Belanda lebih dulu menangkap juru tulis keraton, yaitu Mas Pajangswara untuk dimintai kesaksian. Meskipun disiksa sampai tewas, Pajangswara tetap diam tidak mau membocorkan hubungan Pakubuwana VI dengan Pangeran Dipanegara.
Meskipun demikian, Belanda tetap saja membuang Pakubuwana VI dengan alasan bahwa Pajangswara telah membocorkan semuanya. Fitnah inilah yang menyebabkan Pakubuwana IX kurang menyukai Ranggawarsita, yang tidak lain adalah putra Pajangswara.Hubungan Ranggawarsita dengan Belanda juga kurang baik. Meskipun ia memiliki sahabat dan murid seorang Indo bernama C.F. Winter, Sr., tetap saja gerak-geriknya diawasi Belanda. Ranggawarsita dianggap sebagai jurnalis berbahaya yang tulisan-tulisannya dapat membangkitkan semangat juang kaum pribumi. Karena suasana kerja yang semakin tegang, akibatnya Ranggawarsita pun keluar dari jabatan redaksi surat kabar Bramartani tahun 1870.
Ranggawarsita meninggal dunia secara misterius tanggal 24 Desember 1873. Anehnya, tanggal kematian tersebut justru terdapat dalam karya terakhirnya, yaitu Serat Sabdajati yang ia tulis sendiri. Hal ini menimbulkan dugaan kalau Ranggawarsita meninggal karena dihukum mati, sehingga ia bisa mengetahui dengan persis kapan hari kematiannya.
Penulis yang berpendapat demikian adalah Suripan Sadi Hutomo (1979) dan Andjar Any (1979). Pendapat tersebut mendapat bantahan dari pihak elit keraton Kasunanan Surakarta yang berpendapat kalau Ranggawarsita adalah peramal ulung sehingga tidak aneh kalau ia dapat meramal hari kematiannya sendiri.
Ranggawarsita dimakamkan di Desa Palar, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten. Makamnya pernah dikunjungi dua presiden Indonesia, yaitu Soekarno dan Gus Dur pada masa mereka menjabat.
Ranggawarsita dan Zaman Edan
Istilah Zaman Edan konon pertama kali diperkenalkan oleh Ranggawarsita dalam Serat Kalatida, yang terdiri atas 12 bait tembang Sinom. Salah satu bait yang paling terkenal adalah:- amenangi zaman édan,
- éwuhaya ing pambudi,
- mélu ngédan nora tahan,
- yén tan mélu anglakoni,
- boya keduman mélik,
- kaliren wekasanipun,
- ndilalah kersa Allah,
- begja-begjaning kang lali,
- luwih begja kang éling klawan waspada.
- menyaksikan zaman gila,
- serba susah dalam bertindak,
- ikut gila tidak akan tahan,
- tapi kalau tidak mengikuti (gila),
- tidak akan mendapat bagian,
- kelaparan pada akhirnya,
- namun telah menjadi kehendak Allah,
- sebahagia-bahagianya orang yang lalai,
- akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada.
Karya Sastra
Karya sastra tulisan Ranggawarsita antara lain,- Bambang Dwihastha : cariyos Ringgit Purwa
- Bausastra Kawi atau Kamus Kawi – Jawa, beserta C.F. Winter sr.
- Sajarah Pandhawa lan Korawa : miturut Mahabharata, beserta C.F. Winter sr.
- Sapta dharma
- Serat Aji Pamasa
- Serat Candrarini
- Serat Cemporet
- Serat Jaka Lodang
- Serat Jayengbaya
- Serat Kalatidha
- Serat Panitisastra
- Serat Pandji Jayeng Tilam
- Serat Paramasastra
- Serat Paramayoga
- Serat Pawarsakan
- Serat Pustaka Raja
- Suluk Saloka Jiwa
- Serat Wedaraga
- Serat Witaradya
- Sri Kresna Barata
- Wirid Hidayat Jati
- Wirid Ma'lumat Jati
- Serat Sabda Jati
Ramalan tentang Kemerdekaan Indonesia
Ranggawarsita hidup pada masa penjajahan Belanda. Ia menyaksikan sendiri bagaimana penderitaan rakyat Jawa, terutama ketika program Tanam Paksa dijalankan pasca Perang Diponegoro. Dalam suasana serba memprihatinkan itu, Ranggawarsita meramalkan datangnya kemerdekaan, yaitu kelak pada tahun Wiku Sapta Ngesthi Janma.Kalimat yang terdiri atas empat kata tersebut terdapat dalam Serat Jaka Lodang, dan merupakan kalimat Suryasengkala yang jika ditafsirkan akan diperoleh angka 7-7-8-1. Pembacaan Suryasengkala adalah dibalik dari belakang ke depan, yaitu 1877 Saka, yang bertepatan dengan 1945 Masehi, yaitu tahun kemerdekan Republik Indonesia.
Pengalaman pribadi Presiden Soekarno pada masa penjajahan adalah ketika berjumpa dengan para petani miskin yang tetap bersemangat di dalam penderitaan, karena mereka yakin pada kebenaran ramalan Ranggawarsita tentang datangnya kemerdekaan di kemudian hari.
Label:
*Pujangga,
Rangga Warsita
Jumat, 19 Oktober 2012
Mimi Rasinah, Maestro Tari Topeng
Rasinah yang akrab dipanggil Mimi Rasinah (lahir di Indramayu, 3 Februari 1930 – meninggal di Indramayu, 7 Agustus 2010 pada umur 80 tahun) adalah seorang empu tari topeng Cirebon, satu-satunya yang tersisa sejak wafatnya Sawitri, penari topeng Cirebon asal Losari pada 1999.
Perjalanan hidup Mimi Rasinah yang tetap berpegang teguh pada kebudayaan kuno tari topeng sampai akhir hayat menjadi inspirasi bagi banyak pihak. Rhoda Grauer, menjadi sutradara atas film dokumenter yang berdurasi 54 menit yang berjudul Rasinah: The Enchanted Mask .
Riwayat hidup
Dari kecil Mimi sudah menggeluti tari topeng yang diajarkan ayahnya. Pada umur 5 tahun ia sudah diajarkan menari oleh ayahnya yang berprofesi sebagai dalang dan ibunya yang berprofesi sebagai dalang ronggeng. Menginjak Mimi Rasinah berusia 7 tahun, ia mulai berkeliling untuk bebarangan atau mengamen tari topeng. Ketika bangsa Jepang sampai ke Indramayu, rombongan topeng ayahnya dituduh oleh Jepang sebagai mata-mata, sehingga semua aksesori tari topeng dimusnahkan oleh bangsa Jepang hingga hanya satu topeng saja. Pada agresi yang kedua dengan tuduhan yang sama, ayahnya tewas ditembak oleh Belanda.
Sepeninggal ayahnya, rombongan tari topeng Rasinah dipimpin suaminya, seorang dalang wayang. Sampai tragedi G 30 S, mereka dilarang untuk manggung, karena tariannya yang membangkitkan membangkitkan syahwat dan abangan. Tak cukup badai Gestapu, pada tahun 1970-an kelompok tari topeng Rasinah semakin sepi tanggapan, pentas tarling, dangdut,dan sandiwara yang menggantikannya. Suami Rasinah akhirnya menjual seluruh topeng dan aksesoris tari sebagai modal mendirikan grup sandiwara. Rasinah berhenti menari topeng selama 20 tahun lebih, hanya menabuh gamelan saja untuk sandiwara.
Baru pada 1994, Endo Suanda dan seorang rekannya sesama dosen di STSI Bandung, Toto Amsar Suanda, "menemukan kembali" Rasinah. tarian topeng Kelana yang dipertunjukkan Rasinah membuat keduanya terpesona. Aura magis yang ada, serta karakter yang berubah-ubah sesuai dengan karakter 8 topeng yang ada, dari mulai topeng panji sampai kelana, membuatnya terpesona. Seketika itu juga semangat Rasinah untuk menari kembali bangkit, dan Rasinah mulai kembali berpentas baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Keseriusan Mimi Rasinah dalam menggeluti kesenian ini dibuktikan dengan mempertahankan tradisi tari ini, sehingga banyak yang menyebutnya klasik. Mimi Rasinah juga aktif mengajarkan tari topeng ke sekolah-sekolah yang ada di Indramayu
Akhir hayat
Pada tahun 2006, Rasinah jatuh pada saat mengambil air wudhu setelah mengajar tari di sebuah sekolah di Indramayu. Dua pekan setelah dirawat di RSHS, Mimi mengakhiri jalan tarinya. Ia mewariskan seluruh topeng dan aksesorinya kepada Aerli Rasinah, sang cucu penerus, dalam sebuah upacara yang mengharukan sekali. Pada 15 Maret Aerli harus bebarangan di tujuh tempat dalam sehari sebagai syarat untuk meneruskan Mimi Rasinah. Sejak hari itu, keberadaan sanggar pun berada di pundah mahasiswa STSI Bandung berusia 22 tahun ini.
Meski sebagian tubuhnya lumpuh akibat stroke, namun semangat Rasinah untuk menari tetap ada, Rasinah berkata "Saya akan berhenti menari kalau sudah mati". Hal ini dibuktikan pada tarian terakhirnya, ia menari di Bentara Budaya Jakarta dalam acara pentas seni dan pameran "Indramayu dari Dekat", setelah tarian itu dia dia jatuh sakit dan dirawat di RSUD Indramayu. Pada tanggal 7 Agustus 2010 Mimi Rasinah akhirnya meninggal dunia, namun aktivitas menari di sanggar tarinya masih tetap berjalan.
Mimi Rasinah dikebumikan di desa Pekandangan, Indramayu, Indramayu pada hari Minggu, 08/08/2010 sekitar pukul 9:00 WIB. Ratusan iring-iringan pelayat mengantarkan kepergian sang maestro yang namanya telah mendunia karena tari topengnya. Prosesi pemakaman maestro tari topeng Indramayu berlangsung secara sederhana. Warga yang turut mengantar jasad sang maestro topeng gaya Indramayu sampai diperistirahatannya yang terakhir. Namun hanya sejumlah seniman dan pejabat setempat yang hadir untuk mengikuti prosesi pemakaman.
Sumber: Wikipedia
Perjalanan hidup Mimi Rasinah yang tetap berpegang teguh pada kebudayaan kuno tari topeng sampai akhir hayat menjadi inspirasi bagi banyak pihak. Rhoda Grauer, menjadi sutradara atas film dokumenter yang berdurasi 54 menit yang berjudul Rasinah: The Enchanted Mask .
Riwayat hidup
Dari kecil Mimi sudah menggeluti tari topeng yang diajarkan ayahnya. Pada umur 5 tahun ia sudah diajarkan menari oleh ayahnya yang berprofesi sebagai dalang dan ibunya yang berprofesi sebagai dalang ronggeng. Menginjak Mimi Rasinah berusia 7 tahun, ia mulai berkeliling untuk bebarangan atau mengamen tari topeng. Ketika bangsa Jepang sampai ke Indramayu, rombongan topeng ayahnya dituduh oleh Jepang sebagai mata-mata, sehingga semua aksesori tari topeng dimusnahkan oleh bangsa Jepang hingga hanya satu topeng saja. Pada agresi yang kedua dengan tuduhan yang sama, ayahnya tewas ditembak oleh Belanda.
Sepeninggal ayahnya, rombongan tari topeng Rasinah dipimpin suaminya, seorang dalang wayang. Sampai tragedi G 30 S, mereka dilarang untuk manggung, karena tariannya yang membangkitkan membangkitkan syahwat dan abangan. Tak cukup badai Gestapu, pada tahun 1970-an kelompok tari topeng Rasinah semakin sepi tanggapan, pentas tarling, dangdut,dan sandiwara yang menggantikannya. Suami Rasinah akhirnya menjual seluruh topeng dan aksesoris tari sebagai modal mendirikan grup sandiwara. Rasinah berhenti menari topeng selama 20 tahun lebih, hanya menabuh gamelan saja untuk sandiwara.
Baru pada 1994, Endo Suanda dan seorang rekannya sesama dosen di STSI Bandung, Toto Amsar Suanda, "menemukan kembali" Rasinah. tarian topeng Kelana yang dipertunjukkan Rasinah membuat keduanya terpesona. Aura magis yang ada, serta karakter yang berubah-ubah sesuai dengan karakter 8 topeng yang ada, dari mulai topeng panji sampai kelana, membuatnya terpesona. Seketika itu juga semangat Rasinah untuk menari kembali bangkit, dan Rasinah mulai kembali berpentas baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Keseriusan Mimi Rasinah dalam menggeluti kesenian ini dibuktikan dengan mempertahankan tradisi tari ini, sehingga banyak yang menyebutnya klasik. Mimi Rasinah juga aktif mengajarkan tari topeng ke sekolah-sekolah yang ada di Indramayu
Akhir hayat
Pada tahun 2006, Rasinah jatuh pada saat mengambil air wudhu setelah mengajar tari di sebuah sekolah di Indramayu. Dua pekan setelah dirawat di RSHS, Mimi mengakhiri jalan tarinya. Ia mewariskan seluruh topeng dan aksesorinya kepada Aerli Rasinah, sang cucu penerus, dalam sebuah upacara yang mengharukan sekali. Pada 15 Maret Aerli harus bebarangan di tujuh tempat dalam sehari sebagai syarat untuk meneruskan Mimi Rasinah. Sejak hari itu, keberadaan sanggar pun berada di pundah mahasiswa STSI Bandung berusia 22 tahun ini.
Meski sebagian tubuhnya lumpuh akibat stroke, namun semangat Rasinah untuk menari tetap ada, Rasinah berkata "Saya akan berhenti menari kalau sudah mati". Hal ini dibuktikan pada tarian terakhirnya, ia menari di Bentara Budaya Jakarta dalam acara pentas seni dan pameran "Indramayu dari Dekat", setelah tarian itu dia dia jatuh sakit dan dirawat di RSUD Indramayu. Pada tanggal 7 Agustus 2010 Mimi Rasinah akhirnya meninggal dunia, namun aktivitas menari di sanggar tarinya masih tetap berjalan.
Mimi Rasinah dikebumikan di desa Pekandangan, Indramayu, Indramayu pada hari Minggu, 08/08/2010 sekitar pukul 9:00 WIB. Ratusan iring-iringan pelayat mengantarkan kepergian sang maestro yang namanya telah mendunia karena tari topengnya. Prosesi pemakaman maestro tari topeng Indramayu berlangsung secara sederhana. Warga yang turut mengantar jasad sang maestro topeng gaya Indramayu sampai diperistirahatannya yang terakhir. Namun hanya sejumlah seniman dan pejabat setempat yang hadir untuk mengikuti prosesi pemakaman.
Label:
*Topeng Cirebon,
Mimi Rasinah
Kamis, 11 Oktober 2012
Tarling Teng-Dung - Dewa (Jawaban Bapuk)
Tarling Teng-Dung - Dewa (Jawaban Bapuk)
Pimpinan : Yoyo S.
Penyanyi : Yoyo S., Itih S., Tomy
1. Dewa
2. Racun Cinta
3. Pengen Ganti
4. Mana Mene
5. Ketunggon
6. Janji Palsu
7. Bagen Pegatan
8. Duda Keder
9. Milih Laki
10. Manise Janji
Label:
*Tarling Teng-Dung,
Hj.Itih S.,
Yoyo S.
Tarling Klasik Teng-dung - Mikiri Nasib
Klasik Teng-Dung - Mikiri Nasib
Tarling Darma Muda
Pimpinan : Yoyo Suwaryo
Penyanyi : Wati Susilowati & Yoyo S.
1. Mikiri Nasib
2. Aja Pusing
3. Terserah
4. Ngumbar Nafsu
5. Kaniaya Badan
6. Kelangan-Kelingan
DOWNLOAD
Thanks to : Madrotter
Label:
*Tarling Dangdut,
Wati S.,
Yoyo S.
Tarling Dangdut - Mantep
Tarling dangdut Cahaya Muda
Pimp : H.T.Mamun
Penyanyi : Hj.Dariyah, Iin T.
1. Mantep
2. Gawat
3. Kisah Kenangan
4. Arep Di apakena
5. Rai Tukmis
6. Arep wayuan
7. Sedih
8. Mikiri Janji
9. Ora Gampang
10. Lanang Sejati
DOWNLOAD
Label:
*Tarling Dangdut,
Dariyah,
Iin T.
Tarling Tengdung - Sadara Kang !
Tarling Tengdung Nirmala
Pimp : Patra Sopandi
Penyanyi : Ermi S & Uup S.
Arranger : Pepen Effendy
Juru Kendang : Candra
1. Sadara Kang
2. Surat Undangan
3. Kepengen Bareng
4. Setia Selawase
5. Kesel Tapi Rindu
6. Aja Dilamuni
7. Pisah Sementara
8. Sayang
9. Pasrah Jiwa Raga
10. Ora Maning-Maning
DOWNLOAD
Label:
*Tarling Teng-Dung,
Ermi S.
Tarling Klasik Modern - Adem Ayem
TARLING KLASIK MODERN - ADEM AYEM
Nasional Group
Pimpinan : S.Sudirga
Sinden : Inah Carminah
1. Adem Ayem
2. Banjaran
3. Kiser Kombinasi
4. Pembukaan
5. Dermayon Asli
6. Kiser Kedongdong
Label:
*tarling klasik,
Inah Carminah
Rabu, 03 Oktober 2012
Tarling Cahaya Muda - Rangda Gah Bagen
Tarling Cahaya Muda - Rangda Gah Bagen
Pimp : H.T.Mamun
Pesinden : H.Dariyah
Wira Swara : Yoyo S.
1. Langka Harapan
2. Rangda Gah Bagen
3. Selamat Berpisah
4. Kenangan Sedih
5. Ana Bae
6. Wadon Iman
7. Kegembang
8. Seribu Ampun
9. Wulan Ramadhan
DOWNLOAD
Label:
*Tarling Dangdut,
Dariyah,
Tarling Cahaya Muda,
Yoyo S.
Tayuban Cirebonan - Laras Prawa
Tayuban Cirebonan Langen Sari Laras Prawa
Pimpinan : Karba
Sinden : Nyi Aam Kaminah
Nyi Inih carinih
Dermayon
Kulu-kulu
Kombinasi
DOWNLOAD
Label:
*Tayuban,
Hj.Aam Kaminah,
Inih Carinih
Drama Humor & Lagu - Dokter Palsu
Drama Tarling, Humor & Lagu - Dokter Palsu
CAHAYA MUDA Group
Pimp: H.T.Mamun
Pelaku :
Hj.Dariyah
Iin T
Tati Maryati
Yoyo Suwaryo
Kamid
Kunclung
DOWNLOAD
Thanks to : Madrotter
Label:
*drama tarling,
Dariyah,
Yoyo S.
Langganan:
Postingan (Atom)