Dalam penjelasan lain dikatakan bahwa rudat adalah sejenis kesenian tradisional yang semula tumbuh dan berkembang di lingkungan pesantren. Seni rudat merupakan seni gerak dan vokal di iringi tabuhan ritmis dari waditra sejenis terbang. Syair – syair yang terkandung dalam nyanyaian nya bernafaskan keagamaan, yaitu puja – puji yang mengagungkan Allah, Shalawat dan Rosul. Tujuannya adalah untuk menebalkan iman masyarakat terhadap Agama Islam dan kebesaran Allah. Sehingga manusia bisa bermoral tinggi berlandasan agama islam dengan mendekati diri kepada Allah SWT. Dengan demikian seni rudat adalah panduan seni gerak dan vokal yang di iringi musik terbangan di mana di dalam nya terdaapat unsur ke agamaan, seni tari dan seni suara .
FUNGSI
Petunjuk seni terbang ( termasuk rudat ) pada mulanya bertujuan untuk penyabaran agama islam yang di laksankan pada setiap acara mauludin, yaitu upacara memperingati hari lahir nya Nabi Muhammad SAW, Rajaban (memperingati isro mi’raj), Hari Raya Idul Fitri dan Hari besar Islam lainnya. Pada perkembangan berikutnya seni rudat biasa di pertunjukan dalam acara hiburan di lingkungan pesantren, upacara perkawinan atau khitanan. Seni rudat di Banten sudah ada sejak abad XVI sejak jaman Sultan Ageng Tirtayasa dan kemudian bekembang di pesantren – pesantren sebagai hiburan atau pergaulan para santri pada waktu senggangnya dengan nyanyian yang isinya memuji kebesraan allah swt sambil menari dengan gerak pencak silat . Tarian ini di lakukan oleh laki laki pada mulanya , tapi sekarang di Banten di lakukan oleh para wanita.
PEMAIN DAN WADITRA
Jumlah pemain rudat berkisar antara 12 sampai 24 orang mulai menabuh waditra/ alat sebagai penari dan sebagai penyanyi. Waditra yang di gunakan tersebut dari bahan - bahan yang ada di lingkungan jenis. Waditranya adalah berbentuk bulat seperti tampayan. Cara menggunakan alat ini dengan di pukul. Tojo, berbentuk bulat seperti tempalan , terbuat dari kayu dan kulit kerbau Cara menggunakan alat ini dengan di pukul – pukul sebagai pokok lagu atau melodi . Nganak, berbentuk bulat seperti temppayan , terbuat dari kayu dan kulit kerbau , memiliki ukuran muka dengan garis tengah 37 cm dan garis tengah belakang 27 cm. Jidor, berbentuk bulat seperti bedug , terbuat dari kayu dan kulit kerbau. Ukuran garis tengah belakangnya 44cm , dan tingginya 47cm.
POLA PERMAINAN
Dari segi geraknya rudat menggunakan gerakan silat , namun dalam rudat unsur tenaga tida banyak mempengaruhi. Lagu rudat hampir sebagian besar bernafaskan keagamaan. Sedangkan gerakannya terdiri dari gerakan kaki yang serempak ketika melangkah kedepan, belakang dan samping yang melambangkan kebersamaan langkah dan keserasian bentuk kareografi. Kaki, terdiri dari gerak kuda-kuda, adeg- adeg, masekon rengkuh, duku depok dan lain-lain. Tangan, terdiri dari gerak mengepel, tonjok, gibas meupeuh , keprok kepret . Kepala, mengikuti arah tangan yang bergerak yaitu ke seluruh arah. Beberapa gerakan antaralain yang dalam seni rudat antaralain gerakan nonjok , yaitu kaki kanan melangkah ke depan dengan posisi kuda-kuda dan tangan kiri mengepal sementar a kepala lurus ke depan. Gerakan gibas , yaitu kaki kanan tegak lurus. Tangn kiri menekuk dengan arah gerak ke kanan. Kepala ke arah kanan dan membalik langsung ke kiri.
BUSANA SENI RUDAT Dalam menyajikan kesenian rudat penari menggunakan kostum seragam yang menandakan bahwa mereka harus hidup rukun dengan tetangga. Ada pun bentuk kostumnya terdiri dari busan pria; Celana pangsi hitam , baju putih , selendang, kain samping batik , dan tutup kepala.
Diambil Dari buku kumpulan Seni dan Buday Banten; Dinas Pendidikan Provinsi Banten
Watch on Youtube
Rudat
Rudat Kuningan, Jawa Barat