Jumat, 27 Desember 2013

Wati S & Yoyo S - Ora Salah


YOYO S & WATI S - ORA SALAH

Tarling Tengdung "Darma Muda"
Pimpinan : Yoyo Suwaryo

01. Ora Salah
02. Pada Enake
03. Tingeling
04. Macem-macem Rayuan
05. Bisik Asik
06. Pengen Ketemu
07. Waspada
08. Belajar Sabar



Sandiwara Indra Putra - Syekh Siti Jenar Gugur


SANDIWARA INDRA PUTRA

Alamat : Desa Cangkingan Kec.Kedokan Bunder Kab.Indramayu
Pimpinan : D.Kardono
Sinden : H.Aam Kaminah

Lakon : Syekh Siti Jenar Gugur

Pelaku :
- Salmin
- Hely Diana Kosim
- Imah Sukimah Mukaram
- Ibnu Kholdum
- Timbul Glembo
- Sutarjo

DOWNLOAD

Kamus Tembung Jawa

Download Software Kamus Tembung Jawa Ngoko-Krama Madya-Krama Inggil v.1 karya Feriawan Agung Nugroho. software kamus ini merupakan kamus yang sangat kreatif dan terbilang lumayan bagus, karena didalamnya mengandung beberapa pilihan bahasa-bahasa yang dipake orang jawa dari yang Krama Madya maupun Krama inggil yaitu bahasa halus bagi orang jawa sehingga kita bisa dengan mudah mempelajari bahasa jawa halus yang lebih sopan dalam berkomunikasi dengan sesama orang jawanya. manarik bukan ?

 



DOWNLOAD (4,06 MB)

Rabu, 18 Desember 2013

Aseng Suarsih - Kiser Saidah



ASENG SUWARSIH - KISER SAIDAH

Juru Kawih : Aseng Suwarsih
Juru Kendang : M. Yunus

1. Kiser Saidah
2. Loloran
3. Jali-jali
4. Eling-eling
5. Trombelan - Naek Dermayon
6. Macan Ucul
7. Bendrong Petit

Rabu, 11 Desember 2013

VA - Bali: Gamelan & Kecak





Tracks:

1 - Opening Parade, Bali Arts Festival - 12:18
2 - Gamelan Gong Sekaha Sadha Budaya - 10:41
3 - Genggong Duet - Artika, Meji - 2:33
4 - Genggong Batur Sari, Batuan - 4:11
5 - Gamelan Salunding, Tenganan - 7:52
6 - Sadha Budaya Gamelan Gong Suling - 6:06
7 - Gender Wayang: Sukawati - Balik, Loceng, Nartha, Sarga - 7:34
8 - Sekaha Ganda Sari, Bona - 8:07
9 - Gamelan Gong Kebyar Sekolah Tinggi Seni Indonesia, Den Pasar - 12:48

CROOTT

Selasa, 10 Desember 2013

Kolintang



Kolintang merupakan alat musik khas dari Minahasa (Sulawesi Utara) yang mempunyai bahan dasar yaitu kayu yang jika dipukul dapat mengeluarkan bunyi yang cukup panjang dan dapat mencapai nada-nada tinggi maupun rendah seperti kayu telur, bandaran, wenang, kakinik atau sejenisnya (jenis kayu yang agak ringan tapi cukup padat dan serat kayunya tersusun sedemikian rupa membentuk garis-garis sejajar).


 Kata Kolintang berasal dari bunyi : Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi) dan Tang (nada tengah). Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa untuk mengajak orang bermain kolintang: "Mari kita ber Tong Ting Tang" dengan ungkapan "Maimo Kumolintang" dan dari kebiasaan itulah muncul nama "KOLINTANG” untuk alat yang digunakan bermain.


Pada mulanya kolintang hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakkan berjejer diatas kedua kaki pemainnya dengan posisi duduk di tanah, dengan kedua kaki terbujur lurus kedepan. Dengan berjalannya waktu kedua kaki pemain diganti dengan dua batang pisang, atau kadang-kadang diganti dengan tali seperti arumba dari Jawa Barat. Sedangkan penggunaan peti sesonator dimulai sejak Pangeran Diponegoro berada di Minahasa (th.1830). Pada saat itu, konon peralatan gamelan dan gambang ikut dibawa oleh rombongannya.


Adapun pemakaian kolintang erat hubungannya dengan kepercayaan tradisional rakyat Minahasa, seperti dalam upacara-upacara ritual sehubungan dengan pemujaan arwah para leluhur. Itulah sebabnya dengan masuknya agama kristen di Minahasa, eksistensi kolintang demikian terdesak bahkan hampir menghilang sama sekali selama ± 100th.


 Sesudah Perang Dunia II, barulah kolintang muncul kembali yang dipelopori oleh Nelwan Katuuk (seorang yang menyusun nada kolintang menurut susunan nada musik universal). Pada mulanya hanya terdiri dari satu Melody dengan susunan nada diatonis, dengan jarak nada 2 oktaf, dan sebagai pengiring dipakai alat-alat "string" seperti gitar, ukulele dan stringbas.

 Tahun 1954 kolintang sudah dibuat  2 ½ oktaf (masih diatonis). Pada tahun 1960 sudah mencapai 3 ½ oktaf dengan nada 1 kruis, naturel, dan 1 mol. Dasar nada masih terbatas pada tiga kunci (Naturel, 1 mol, dan 1 kruis) dengan jarak nada 4 ½ oktaf dari F s./d. C. Dan pengembangan musik kolintang tetap berlangsung baik kualitas alat, perluasan jarak nada, bentuk peti resonator (untuk memperbaiki suara), maupun penampilan.

Saat ini  Kolintang yang dibuat sudah mencapai 6 (enam) oktaf dengan chromatisch penuh.


  
Peralatan & CARA MEMAINKAN 
 

Setiap alat memiliki nama yang lazim dikenal. Nama atau istilah peralatan Musik kolintang selain menggunakan bahasa tersebut diatas juga memiliki nama dengan menggunakan bahasa Minahasa, dan untuk disebut lengkap alat alat tersebut berjumlah 9 buah. Tetapi untuk kalangan professional, cukup 6 buah alat sudah dapat memainkan secara lengkap. Kelengkapan alat tersebut sebagai berikut:




B   -        Bas           =                   Loway


C   -        Cello         =                   Cella


T    -        Tenor  1    =                   Karua


      -        Tenor 2     =                   Karua rua


A   -        Alto 1        =                   Uner


      -        Alto 2                 =          Uner rua


U   -        Ukulele/Alto 3 =            Katelu      


M   -        Melody 1  =                   Ina esa


      -        Melody 2  =                   Ina rua


      -        Melody 3 =                   Ina taweng


                                

 MELODY
 

Fungsi pembawa lagu, dapat disamakan dengan melody gitar, biola, xylophone, atau vibraphone. Hanya saja dikarenakan suaranya kurang panjang, maka pada nada yang dinginkan; harus ditahan dengan cara menggetarkan pemukulnya( rall). Biasanya menggunakan dua pemukul, maka salah satu melody pokok yang lain kombinasinya sama dengan orang menyanyi duet atau trio (jika memakai tiga pemukul). Bila ada dua melody, maka dapat digunakan bersama agar suaranya lebih kuat. Dengan begitu dapat mengimbangi pengiring (terutama untuk Set Lengkap) atau bisa juga dimainkan dengan cara memukul nada yang sama tetapi dengan oktaf yang berbeda. Atau salah satu melody memainkan pokok lagu, yang satunya lagi improvisasi.


 CELLO
 

Bersama melody dapat disamakan dengan piano, yaitu; tangan kanan pada piano diganti dengan melody, tangan kiki pada piano diganti dengan cello. Tangan kiri pada cello memegang pemukul no.1 berfungsi sebagai bas, sedangkan tangan kanan berfungsi pengiring (pemukul no.2 dan no.3). Maka dari itu alat ini sering disebut dengan Contra Bas. Jika dimainkan pada fungsi cello pada orkes keroncong, akan lebih mudah bila memakai dua pemukul saja. Sebab fungsi pemukul no.2 dan no.3 sudah ada pada tenor maupun alto.




 TENOR I & ALTO I


Keenam buah pemukul dapat disamakan dengan enam senar gitar.




 ALTO II & BANJO


Sebagai ukulele dan "cuk" pada orkes keroncong.




 ALTO III (UKULELE)


Pada kolintang, alat ini sebagai ‘cimbal’, karena bernada tinggi. Maka pemukul alto III akan lebih baik jika tidak berkaret asal dimainkan dengan halus agar tidak menutupi suara melody (lihat petunjuk pemakaian bass dan melody contra).




 TENOR II (GITAR)


Sama dengan tenor I, untuk memperkuat pengiring bernada rendah.




 BASS


Alat ini berukuran paling besar dan menghasilkan suara yang paling rendah.

  
SUSUNAN ALAT
 

Lengkap (9 pemain) :


Melody                  -           Depan tengah


Bass                     -           Belakang kiri


Cello                     -           Belakang kanan


Alat yang lain tergantung lebar panggung (2 atau 3 baris) dengan memperhatikan fungsi alat (Tenor & Alto).


 NADA NADA DASAR
 

Nada nada dalam alat kolintang sebagai berikut:



C   =    1    3    5          Cm     =       1    2    5


D   =    2    4    6          Dm     =       2    4    6


E   =    3    5    7          Em     =       3    5    7


F    =    4    6    1          Fm      =       4    5    1


G   =    5    7    2          Gm     =       5    6    2


A   =    6    1    3          Am     =       6    1    3


B   =    7    2    4          Bm     =       7    2    4




Sedangkan chord lain, yang merupakan pengembangan dari chord tersebut diatas, seperti C7         =          1      3    5    6, artinya nada do diturunkan 1 nada maka menjadi le . Sehingga saat membunyikan 3 bilah  dan terdengar unsur bunyi nada ke 7 dalam chord C, maka chord tersebut menjadi chord C7. Demikian pula dengan chord yang lain.


CARA Memegang pemukul/ stick kolintang


 Memegang Pemukul Kolintang, memang tidak memiliki ketentuan yang baku, tergantung dari kebiasaan dan kenyamanan tangan terhadap stik. Tetapi umumnya memegang stick kolintang dilakukan dengan cara :
 

No. 1 Selalu di tangan kiri


No. 2 Di tangan kanan (antara ibu jari dengan telunjuk)


No. 3 Di tangan kanan (antara jari tengah dengan jari manis) – agar pemukul no.2 dapat digerakkan dengan bebas mendekat dan menjauh dari no.3, sesuai dengan accord yang diinginkan. Dan cara memukul dan disesuaikan dengan ketukan dan irama yang diinginkan, dan setiap alat memiliki, ciri tertentu sesuai fungsi didalam mengiringi suatu lagu. Pada alat Bass dan alat Melody umumnya hanya menggunakan 2 stick, sehingga lebih mudah dan nyaman pada tangan.


( Nomor nomor tersebut diatas telah tertera disetiap pangkal pemukul stick masing masing alat kolintang)


 



Teknik Dasar memainkan stick pada bilah kolintang sesuai alat dan jenis irama


 Dari sekian banyak irama dan juga lagu yang ada, beberapa lagu sebagai panduan untuk memainkan alat musik kolintang disertakan dalam materi ini. Seperti:
 

  • Sarinande                 
  • Lapapaja                   
  • Halo halo Bandung
  • Besame Mucho

 Lagu lagu tersebut memiliki tingkat kesulitan yang berbeda baik chord dan irama. Lagu lagu tersebut telah dilengkapi dengan partitur serta chord/ accord untuk memudahkan memahami alat musik kolintang.


 Demikian pula dengan teknik memukulkan stick pada bilah kolintang. Karena sesuai irama yang beraneka ragam, maka untuk menghasilkan irama tertentu maka teknik memukulkan stik pada tiap alat pun berbeda beda. Pada materi ini, diberikan teknik teknik dasar cara memukulkan stick pada kolintang. Untuk dapat memahami teknik, dibutuhkan pengetahuan akan harga dan jumlah ketukan dalam setiap bar nada. Dan berbekal pengetahuan dasar dasar bermain kolintang ini saja, ditambah dengan bakat individu, maka grup/ kelompok musik kolintang telah dapat memainkan berbagai jenis lagu dengan tingkat kesulitan yang variatif secara spontan.

Sumber : www.kolintang.page.tl

Senin, 09 Desember 2013

Sandiwara Candra Kirana - Pusaka Setan Kober


Sandiwara Candra Kirana - Pusaka Setan Kober

Gamelan "Candra Kirana" - Gegesik Cirebon
Pimp : Wartaka
Sinden : Nyi Inih Carinih

Pelaku :
Nyi Inih Carinih
Nok Uun Unarih
Gendut (Ramli)
Lengser (Saman)

 Gedung Sirara Denok adalah gedung tempat penyimpanan barang2 pusaka milik Kesultanan Cirebon. Syahdan, pada suatu ketika giliran Ki Jebug Angrum / Ki Geden Pekandangan yang mendapat piket menjaga gedung itu. Karena kondisi Ki Jebug Angrum yg sudah tua dan sering sakit, maka Ki Jebug Angrum mengutus putranya, Sutajaya untuk menggantikannya. Maka berangkatlah Sutajaya ke Cirebon.
Pada saat itu, tersiar kabar bahwa siapapun yg menjaga gedung itu pasti tidak akan selamat. Banyak yg jatuh sakit bahkan meninggal setelah menjaga gedung itu. Apakah yg menyebabkannya, tiada seorangpun yg tahu. Dan sebagai bekal untuk keselamatan anaknya, Ki Jebug Angrum membekali Sutajaya dengan keris pusaka Setan Kober.
Malam itu, udaranya sangat dingin. Dan entah mengapa, Sutajaya merasakan kantuk yg amat sangat. Seperti ada hawa mistis yang menyerangnya. Dan tanpa ia sadari, Sutajaya tertidur di depan pintu gedung Silara Denok.
Tiba2 saja dari dalam gedung keluarlah seekor luar naga yg amat besar. Melihat ada manusia yg tertidur, ular naga itu berusaha untuk mengganggu. Tetapi tiba2 saja keris Setan Kober yg terselip di pinggang Sutajaya keluar, dan berubah wujud menjadi denawa (raksasa). Melihat tuannya terancam bahaya, keris Setan Kober berusaha menolong tuannya. Dan terjadilah pertempuran antara Setan Kober dengan naga yg tidak dapat dilihat oleh mata manusia biasa. Pertempuran itu begitu seru, hingga menjelang subuh. Ular naga kalah terdesak oleh Setan Kober. Maka ular naga itu lari menuju ke dalam gedung, dan dikejar oleh Setan Kober hingga masuk kedalam.
Menjelang subuh Sutajaya terbangun, dan mendapatkan kerisnya hilang di pinggangnya. Ia sangat sedih, dan pulang melaporkan hal itu kepada orangtuanya, Ki Jebug Angrum.
Pada saat Sutajaya pulang ke Pekandangan, di Keraton Cirebon geger. Pasalnya, biasanya tak ada seorangpun yg bisa pulang selamat setelah menjaga gedung Silara Denok. Ditambah lagi, di dalam gedung Silara Denok, tampak keris Setan Kober milik Sutajaya menancap di rangka keris Naga Runting. Rupanya, Keris Setan Kober telah berhasil mengalahkan dan mengunci Keris Naga Runting yang suka usil mengganggu penjaga gedung Sirara Denok. 
Atas jasa2nya, Sutajaya diberi gelas Raden Mas Sutajaya dan dinikahkan dengan putri dari Sultan Syarifudin, Nyi Mas Pandan Kuning (Sekar Ayu Kedaton).

Selasa, 03 Desember 2013

Sampek (sape') Alat Musik Petik Khas Suku Dayak

 
Suku Dayak Kayaan memiliki seni musik yang unik. Suku ini memiliki alat musik yang dinamakan sampek atau masyarakat Kayaan menyebutnya sape’ kayaan. Sape’ adalah musik petik. Alat musik sape’ yang dimiliki oleh Dayak Kayaan bentuknya berbadan lebar, bertangkai kecil, panjangnya sekitar satu meter, memiliki dua senar/tali dari bahan plastik. Sape jenis ini memiliki empat tangga nada.
Cara pembuatan sape’ sesungguhnya cukup rumit. Kayu yang digunakan juga harus dipilih. Selain kayu Pelaik (kayu gabus) atau jenis kayu lempung lainnya, juga bisa kayu keras seperti nangka, belian dan kayu keras lainnya. Semakin keras dan banyak urat daging kayunya, maka suara yang dihasilkannya lebih bagus. Bagian permukaannya diratakan, sementara bagian belakang di lobang secara memanjang, namun tidak tembus kepermukaan. Untuk mencari suara yang bagus maka tingkat tebal tipisnya tepi dan permukannya harus sama, agar suara bisa bergetar merata, sehingga mengehasilkan suara yang cekup lama dan nyaring ketika dipetik.
Cara memainkannya, berbeda dengan cara memainkan melodi gitar, karena jari-jari tangan hanya pada satu senar yang sama bergeser ke atas dan bawah. Biasanya para pemusik ketika memainkan sebuah lagu, hanya dengan perasaan saja.
Sape’ Kayaan sangat populer karena irama dan bunyi yang dilantunkannya dapat membawa pendengar serasa di awang-awang. Alat musik sape’ ini biasa dimainkan ketika acara pesta rakyat atau gawai padai (ritual syukuran atas hasil panen padi).Musik ini dimainkan oleh minimal satu orang. Bisa juga dua atau tiga orang. Jenis lagu musik sape’ ini bermacam-macam, biasanya sesuai dengan jenis tariannya. Misalnya musik Datun Julut, maka tariannya juga Datun Julut dan sebagainya.
Bermusik itu bermain mengolah rasa. Petikan dawai menghadirkan dentingan yang memecah kesunyian. Orang Dayak punya rasa bermusik yang tinggi. Musik tradisional tiga dawai telah mengolah rasa.
Tak jauh dari tangga Betang. Seorang pria separuh baya memegang sebuah alat musik tradisional khas masyarakat Dayak: sape atau sampe. Pakaian khas Dayak menghiasi tubuhnya. Ia kemudian memainkan gitar tali tiga yang digenggamnya.
“Kita bermain dengan rasa. Karena sape tidak sama dengan gitar kebanyakan. Tidak ada tangga nadanya. Tidak semua orang bisa memainkan alat musik ini,” kata Stepanus, pemain sape yang berasal dari Kabupaten Malino, Provinsi Kalimantan Timur.
Sujarni Alloy, peneliti Institut Dayakologi mengungkapkan, sape adalah sebuah mitologi dalam masyarakat Dayak. Keberagaman suku bangsa, semakin menambah ciri khas seni dan budaya bermusik. Ia menyebut Dayak Kayaan dan Kenyah yang memiliki kekhasan bermusik dengan tiga dawai itu.
Dayak Kayaan yang mendiami Kalimantan, baik di Sungai Mendalam, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Sungai Mahakam, Sungai Kayaan dan sekitarnya di Kalimantan Timur dan Sungai Baram, Telaang Usaan, Tubau dan sekitarnya Serawak-Malaysia, memiliki seni musik yang unik.
Suku ini cukup besar. Dalam groupnya ada berbagai subKayaan, antara lain Punan, Kenyah dan Kayaan sendiri. Suku ini memiliki alat musik yang dinamakan sampek (orang Kayaan menyebutnya Sape’). Sape’ adalah musik petik yang tidak asing lagi di mata para pelagiat seni baik di Indonesia maupun Sarawak-Malaysia.
Musik sape’ yang dimiliki oleh Dayak Kayaan terdiri atas dua jenis. Pertama, berbadan lebar, bertangkai kecil, panjangnya sekitar satu meter, memiliki dua senar/tali dari bahan plastik. Sape jenis ini memiliki empat tangga nada. “Orang kerap menyebutnya sebagai sape Kayaan, karena ditemui oleh orang Kayaan,” kata Alloy.
Sementara satunya berbadan kecil memanjang. Pada bagian ujungnya berbentuk kecil dengan panjangnya sekitar 1,5 meter. Orang menyebutnya dengan sape’ Kenyah, karena ditemui oleh orang Kenyah. Sape’ ini memiliki tangga nada 11-12. Talinya dari senar gitar atau dawai yang halus lainnya, tiga sampai lima untai.
Dari kedua jenis sape ini, yang paling populer adalah Sape’ Kenyah. Karena irama dan bunyi yang dilantunkannya dapat membawa pendengar serasa di awang-awang. Tidak heran pada zaman dulu, ketika malam tiba, anak muda memainkannya dengan perlahan-lahan baik di jalan maupun sepanjang pelataran rumah panjang, sehingga pemilik rumah tertidur pulas karena menikmatinya.
Dengan kekhasan suaranya, konon menurut mitologi Dayak Kayaan, Sape’ Kenyah, diciptakan oleh seorang yang terdampar di karangan (pulau kecil di tengah sungai) karena sampannya karam di terjang riam. Ketika orang tersebut yang sampai hari ini belum diketahui siapa sebenarnya, bersama rekan-rekannya menyusuri sungai, diperkirakan di Kaltim.
Karena mereka tidak mampu menyelamatkan sampan dari riam, akibatnya mereka karam. Dari sekian banyak orang tersebut, satu di antaranya hidup dan menyelamatkan diri kekarangan. Sementara yang lainnya meninggal karena tengelam dan dibawa arus.
Ketika tertidur, antara sadar dan tidak, dia mendengar suara alunan musik petik yang begitu indah dari dasar sungai. Semakin lama dia mendengar suara tersebut, semakin dekat pula rasanya jarak sumber suara musik yang membuatnya penasaran.
Sepertinya dia mendapat ilham dari leluhur nenek moyangnya. Sekembali ke rumah, dia mencoba membuat alat musik tersebut dan memainkannya sesuai dengan lirik lagu apa yang didengarnya ketika di karangan. Mulai saat itulah Sape’ Kenyah mulai dimainkan dan menjadi musik tradisi pada suku Dayak Kenyah, hingga ke group Kayaan lainnya. Kini Sape” Kenyah itu bukanlah alat musik yang asing lagi.
Ketika acara pesta rakyat atau gawai padai (ritual syukuran atas hasil panen padi) pada suku ini, sape kerap dimainkan. Para pengunjung disuguhkan dengan tarian yang lemah gemulai. Aksessoris bulu-bulu burung enggang dan ruai di kepala dan tangan serta manik-manik indah besar dan kecil pada pakaian adat dan kalung di leher yang diiringi dengan musik sape’.
Musik ini dimainkan oleh minimal satu orang. Bisa juga dua atau tiga orang, sehingga suaranya lebih indah. Jenis lagu musik sape’ ini bermacam-macam, biasanya sesuai dengan jenis tariannya. Misalnya musik Datun Julut, maka tariannya juga Datun Julut dan sebagainya.
Ada beberapa jenis lagu musik sape’, di antaranya: Apo Lagaan, Isaak Pako’ Uma’ Jalaan, Uma’ Timai, Tubun Situn, Tinggaang Lawat dan Tinggaang Mate. Nama-nama lagu tersebut semua dalam bahasa Kayaan dan Kenyah.
Cara pembuatan sape’ sesungguhnya cukup rumit. Kayu yang digunakan juga harus dipilih. Selain kayu Pelaik (kayu gabus) atau jenis kayu lempung lainnya, juga bisa kayu keras seperti nangka, belian dan kayu keras lainnya.
Semakin keras dan banyak urat daging kayunya, maka suara yang dihasilkannya lebih bagus ketimbang kayu lempung. Bagian permukaannya diratakan, sementara bagian belakang di lobang secara memanjang, namun tidak tembus kepermukaan.
Untuk mencari suara yang bagus maka tingkat tebal tipisnya tepi dan permukannya harus sama, agar suara bisa bergetar merata, sehingga mengehasilkan suara yang cekup lama dan nyaring ketika dipetik.
Menurut V. Aem Jo Lirung Anya, seorang pemusik sape asal Dayak Kayaan Sungai Mendalam, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, tidak jarang pembuat sape’ selalu salah untuk menentukan mutu dari suaranya.
Sedangkan cara memainkannya, jelas berbeda dengan cara memainkan melodi gitar, karena jari-jari tangan hanya pada satu senar yang sama bergeser ke atas dan bawah. Para pemusik ketika memeinkan sebuah lagu, hanya dengan perasaan atau viling saja.
Untuk sementara ini belum ada panduan khusus yang menulis tentang notasi lagu musiknya. Rekaman Musik sape’ ini bisa di dapat seperti Sarawak, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur, dalam bentuk kaset tape recorder maupun Compact Disk.
Saat ini sape’ tidak saja bisa dimainkan sendiri bersaman dengan musik tradisi lainnya, tapi juga dapat dikolaborasikan dengan musik modern seperti organ, gitar bahkan drum sebagai pengganti beduk. Saat ini sape’ dapat dibeli di toko kerajinan, hanya saja kebanyakan dari sape’ tersebut sudah tidak lagi asli dan bermutu, bahkan tidak lebih dari fungsi pajangan belaka.

Pop Sunda Wina Vol. 4

Album Pop Sunda Wina Vol. 4

Anugerah Cinta
Candu Cinta
Diayun Ombak Palabuan Ratu
Galindeng Cinta
Hate Nu Tunggara
Jangji Imitasi
Ka Asih Sajati
Kaduhung
Masih Aya Cinta
Panutan

Pop Sunda Wina Vol. 7


Daptar lagu :

1. Cinta Nu Ilang
2. Nomer Satu
3. Cinta Munggaran
4. Kasono
5. Ilang Sari
6. Geus Jodona
7. Nyanding Katresna
8. Kukumbul Cinta
9. Mana Buktina
10. Kapelet Manehna

Nining Meida AS - Tibelat

Track list :

01 Tibelat
02 Kangen
03 Kapanggih Modal
04 Hariring Kuring
05 Roti Bakar
06 Manis-manis Sombong
07 Bubuy Bulan
08 Dua Saati
09 Bajing Loncat
10 Bujang Tulen
11 Naon Lepatna
12 Tikamari