Minggu, 24 Mei 2009

Sujiwo Tejo, Si dalang Edan


Budayawan Agus Hadi Sudjiwo lahir di Jember, Jawa Timur, 31 Agustus 1962. Ia lebih dikenal dengan nama Sujiwo Tejo. Ia adalah lulusan dari ITB. Sempat menjadi wartawan di harian KOMPAS selama 8 tahun lalu berubah arah menjadi seorang penulis, pelukis, pemusik dan dalang wayang. Selain itu ia juga sempat menjadi sutradara dan bermain dalam beberapa film seperti Janji Joni dan Detik Terakhir. Selain itu dia juga tampil dalam drama teatrikal KabaretJo yang berarti "Ketawa Bareng Tejo".
Dalam aksinya sebagai dalang, dia suka melanggar berbagai pakem seperti Rahwana dibuatnya jadi baik, Pandawa dibikinnya tidak selalu benar dan sebagainya. Ia seringkali menghindari pola hitam putih dalam pagelarannya.



Album :
  • Pada Suatu Ketika (1999)
  • Pada Suatu Ranjang (2001)
  • Syair Dunia Maya (2005)
  • Yaiyo (2007)

Film :
    Telegram (2001)
  • Kafir (2002)
  • Kanibal – Sumanto (2004)
  • Detik Terakhir (2005)
  • Janji Joni (2005)
  • Kala (2007)
  • Hantu Aborsi (2008)
  • Barbi3(2008)
  • Kawin Laris (2009)
  • Capres (Calo Presiden)(2009)
Buku :
    Kelakar Madura buat Gus Dur (Yogyakarta, Lotus, 2001)
  • Dalang Edan (Aksara Karunia, 2002)
  • The Sax (Eksotika Karmawibhangga Indonesia, 2003)
Do'a Di Kerja



 Album : Pada Sebuah Ranjang (2001)

Track List

1. Gorong Gorong
2. Anyam Anyaman Nyaman II
3. Kan Tak Kami Tak Makan
4. Langkah Arjuna
5. Gugur Bisma
6. Terjangkan Kau
7. Stasiun Tuaku
8. Tiada Lagi
9. Oh Rama Oh Sinta
10. Kau Berjanji
11. Pada Sebuah Ranjang



Album : Yaiyo (2007)

Track List

1. Yaiyo
2. Undian Harapan
3. Jodoh
4. Jikalaouw
5. Ke Cuali
6. Fabel
7. Sehoha
8. Taman Nak Kanak
9. Ole Olang Wanita
10. Lautan Tangis

Musisi pendukung :

Taufan Irianto Siswadi ( drum )
Bintang Indrianto ( bass )
Imam Garmansyah ( keyboard )
Kiki Dunung ( Perkusi, sax )
Sujiwo Tejo ( Trumpet, vokal )



Jumat, 22 Mei 2009

Sambasunda



Didirikan oleh Ismet Ruchimat dkk. di Bandung pada tahun 1990 dengan nama PRAWA, semasa ia masih tercatat sebagai mahasiswa Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Bandung. Dengan sepuluh orang personil, kelompok ini konsisten membawakan garapan-garapan musik kreasi baru dengan perangkat gamelan-gamelan tradisional.
Tahun 1997 kelompok ini berganti nama menjadi CBMW. Pada waktu itu terasa adanya perbedaan dalam gaya garapannya; lebih eksploratif, serta lebih fleksibel dalam menafsirkan jargon-jargon musik tradisi (karawitan). Perubahan pada gaya-gaya garapan ini nampaknya sebagai pengaruh langsung dari eksperimentasi serta pengolahan media ungkapnya (instrumen). Pada waktu itu, selain memakai gamelan degung, dipakai pula seperangkat gamelan eksperimen dari bambu berlaras pelog 8 nada. Contoh garapan seperti ini dapat dilihat dalam album pertama kelompok ini yang bertitel Sambasunda (Album CBMW; Sambasunda. Gema Nada Pertiwi. 1998)
Tahun 1998, kelompok ini kembali berganti nama menjadi Sambasunda. Nama ini boleh jadi sangat terinspirasi oleh salah satu lagu yang menjadi andalan dalam album pertamanya Sambasunda. Tidak dapat dipungkiri kalau nama itu sangat berbau latin, dan memang ada benarnya pula kalau gaya latin tampak kental dalam musik-musik yang dibawakan Sambasunda. Samba yang nyunda, mungkin secara sederhananya dapat dikatakan demikian. Tapi bagi Ismet Ruchimat dan kawan-kawan, tak hanya itu arti yang terkandung didalamnya. Sebab budaya Sunda juga mempunyai kata tersebut dalam kosa kata bahasanya, dan uniknya juga mempunyai interpretasi yang saling melengkapi. Kata samba dalam pengertian Sunda merujuk pada anak-anak muda dalam masa pubertasnya yang penuh semangat. Selain itu ada juga seorang tokoh wayang bernama Samba, Pangeran Samba, putera dari Betara Kresna. Bukti-bukti diatas menegaskan bahwa kata 'samba' bukan hanya milik kebudayan latin.
Awal tahun 2000 kata Performing Arts digandengkan dengan Sambasunda untuk menegaskan bahwa kelompok ini tidak hanya menggarap bidang musik, tapi juga berbagi bidang seni pertunjukan lainnya seperti seni tari dan teater. Selain itu cakupan aktivitasnya diperluas.Tidak hanya sebagai penggarap seni, tetapi juga melakukan usaha-usaha ke arah edukasional serta konservasi seni tradisi, seperti kegiatan pelatihan, misi budaya, workshop serta kampanye pengenalan seni tradisi pada anak-anak sekolah dasar dan menengah. Nama Sambasunda Performing Arts ini sudah mulai diperkenalkan pada sampul album kedua yang bertemakan Jaipongan. Pada album ini gaya eksloratif masih tercermin dari penggunaan gamelan Bali dipadu gamelan salendro. Hasilnya tentu saja berbeda dengan musik iringan Jaipongan yang biasa karena penambahan gamelan Bali yang berlaras mirip-mirip degung menjadikan nuansa lagu sama-sekali berbeda dengan menggunakan gamelan salendro. Belum lagi mengenai musikalitasnya, gamelan Bali dikenal dengan pola-pola melodi carukan yang sangat cepat sehingga semakin memperluas kemungkinan dalam bereksperimen (Bajidor Kahot, Album Sambasunda;Bali-Jaipong, Gema Nada Pertiwi, 2000)
Masih tahun 2000, Sambasunda kembali mengolah gamelan Bali dalam album ketiganya; Sunda Bali. Lima dari sepuluh lagu dalam album ini adalah aransemen dari lagu-lagu yang telah sangat dikenal masyarakat Sunda, bahkan Bali (Sabilulungan), tetapi bawakan dengan gaya yang sangat tidak biasa. Selain penggunaan gamelan Bali beserta vokabulernya, ketidak biasaan ini juga sebagai pengaruh dari penambahan instrumen-instrumen "tidak biasa" lainnya seperti conga, djembe, digerido serta flute (Sabilulungan, Album Sambasunda; Sunda Bali, Gema Nada Pertiwi, 2000).
Setelah meluncurkan sebuah album bertema keagamaan (Album Sambasunda; Takbir dan Shalawat, Gema Nada Pertiwi, 2001), eksplorasi terhadap alat musik bamboo kemudian berlanjut pada album kelima bertajuk Salsa and Salse. Pada Album ini basis instrument keseluruhannya adalah gamelan Bambu dengan basis musikal berbagai gaya latin -- serta tentu saja Sunda(Teamrisk, Album Sambasunda; Salsa And Salse, Gema Nada Pertiwi, 2001). Dengan jumlah instrumen yang jauh bertambah jika dibandingkan dari saat dibuatnya album pertama, proses pembuatan album ini adalah kerja besar yang melibatkan tak kurang dari 35 pendukung.
Pada bulan Mei 2002, Sambasunda turut memotori sebuah kegiatan yang melibatkan para seniman Jawa Barat dalam acara "Sawengi di Tatar Sunda; Journey to the Land of Beauty". Acara yang digelar di Hotel Mulia Jakarta serta melibatkan sekitar 250 pendukung ini diresmikan langsung oleh Presiden Megawati Sukarnoputri.
Masih dibulan Mei, Sambasunda turut berpartisipasi dalam festival yang diadakan Pemda Riau bertema "Festival Gendang Serumpun Se-Asean" di Pekanbaru. Bulan Nopember Sambasunda diundang pemerintah China untuk berpartisipasi dalam 2002 Nanning International Art Festival of Folksongs di kota Nanning-Guangxi. Pada festival ini, Sambasunda membawakan lagu-lagu terdahulu serta beberapa aransemen baru dari lagu-lagu daerah Nusantara

PERSONIL
Saat ini Sambasunda beranggotakan 25 orang seniman-seniman muda, sebagian besar terdiri dari lulusan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung.
Berikut ini nama-nama anggota yang saat ini aktif di
Sambasunda.
  1. Ismet Ruchimat, S.Sn. M.Hum (komposer)
  2. Efiq Zulfiqar, S.Sn (komposer)
  3. Yadi Cahyadi,S.Sn (komposer)
  4. Nur Azis S.Sn (pemusik)
  5. Asep Yana, S.Sn (pemusik)
  6. Gungun Permana,S.Sn (pemusik)
  7. Efendi Jaenudin, S.Sn (pemusik)
  8. Budi Sofyan,S.Sn (pemusik)
  9. Acep Hidayat, S.Sn (pemusik)
  10. Dadang Samsudin,S.Sn (pemusik)
  11. Endang Rukandi,S.Sn (pemusik)
  12. Atang Suryaman, S.Sn (pemusik)
  13. Endi Supendi, A.Md. (pemusik)
  14. Dinda Satya, S.Sn. M.Hum (pemusik)
  15. Rizko Agung (pemusik)
  16. Budiyana (pemusik)
  17. Iman Lukman Hakim (pemusik)
  18. Tedi Hataji (pemusik)
  19. Rudi Muhkram (pemusik)
  20. Tantan Hartana, S.Sn (pemusik)
  21. Tettiani Mugiono (penyanyi)
  22. Rita Tila (penyanyi)
  23. Ati Sumiati (koreografer)
  24. Taufik Hidayat (koreografer)
  25. Hilda (penari)
ALBUM REKAMAN:
  1. Album Sambasunda: "Rythmical Sundanese People" Gema Nada Pertiwi, 1997.
  2. Album Gebyar Bali Jaipong: "Bajidor Kahot", Gema Nada Pertiwi, 2000.
  3. Album Sunda-Bali: "Millenium Ritual", Gema Nada Pertiwi, 2000.
  4. Album Takbir & Shalawat, Gema Nada Pertiwi, 2001.
  5. Album Salsa & Salse: "We Play, We Live, We Eat With Bamboo" Gema Nada Pertiwi, 2002.
  6. Album Kompilasi: "World Music Rough Guide" 2000.
  7. Album Kompilasi: "Island Blues", 2002
  8. Album Kompilasi: "Travelogue", 2002
  9. Album Return To Greatest, 2003
  10. Album Reggae & Reggoe, 2004
  11. Album Rahwana's Cry, 2005

Album : Seventh Sense




Album : Sambasunda 1997

1. Sambasunda - Sambasunda (5:13)
2. Sambasunda - Munding Dorakala (5:47)
3. Sambasunda - Tamaburo (8:40)
4. Sambasunda - Lost Two Tigers (6:43)
5. Sambasunda - Berekis (4:20)
6. Sambasunda - Babah Ngawih (4:06)
7. Sambasunda - Kaligata Goragarago (13:03)
8. Sambasunda - Dikantun Tugas (5:42)
9. Sambasunda - Sumimaula (6:11)

Download full album


Video :
Sambasunda in Shibuya
Sambasunda 1
Sambasunda 2
sambasunda 3
Sambasunda 4

Selasa, 12 Mei 2009

Krakatau, Gamelan Jazz



Distinctive sound of Krakatau music originates from ancient Gamelan tonal system called ‘S’lendro’, which is known in Karawitan traditional music of Sunda, Java, and Bali. Based on S’lendro tonal system, Krakatau adapts Western diatonic musical elements, which energized by modern feels of jazz, rock and pop in a form of fusion with various ethnic rhythms of Indonesian musical traditions. Through devotion, Krakatau constantly developing its basic traditional Karawitan Gamelan musical style to donates new genre of sound into World Music. Despite the distinctive frequency of particular tone that could sound peculiar to Western ears, the treasure of rhythmic expression is valuable language to communicate to global audiences. Further more, Krakatau is continuously adapting Western diatonic elements into its basic S’lendro tonal system. The uniqueness of Krakatau music is indescribable by any exotic line of words, the only way to find out is that, “One must see and hear the difference”.

Albums :
- First Album (1987)
- Second Album (1988)
- Kembali Satu (1989)
- Let There Be Life (1992)
- Mystical Mist (1994)
- Magical Match (2000)
- Rhythm Of Reformation (2006)
- 2 Worlds (2006)
The Musicians :
Pra B. Dharma - Slendro Fretless Bass
Dwiki Darmawan - Keyboards

Adhe Rudyana - Kendang

Yoyon Dharsono - Rebana, Suling, Tarompet
Zainal Arifin - Gamelan, Percussions
Gerry herb - Drums
Nya Ina Raseuki - Voices

Website : krakatau.net

  1. Krakatau 2000 - Bajau download
  2. Krakatau 2000 - Barala Duit download
  3. Krakatau 2000 - Cah Mie Kung download
  4. Krakatau 2000 - Egrang Funk download
  5. Krakatau 2000 - Geniring Party download
  6. Krakatau 2000 - Impen – Impenan download
  7. Krakatau 2000 - Kutemukan download
  8. Krakatau 2000 - Magical Match download
  9. Krakatau 2000 - Pukul Pitu download
  10. Krakatau 2000 - Sakasada II download
  11. Krakatau 2000 - Shufflendang – Shufflending download
  12. Krakatau 2000 - Wara Wiri download

Album : Mystical Mist

1. Bubuka 02:21
2. Mystical Mist 06:06
3. Shufflendro 05:02
4. Tugu Hegar 03:35
5. Kutemukan 04:25
6. Dance To Your Roots 03:27
7. Saka Sada 05:30
8. Cah Mie Kung 04:39

Videos :
Barala Duit
Egrang Funk
Shufflendang Shufflending
Rhythm Of Reformation



Senin, 11 Mei 2009

Lestari


Lestari - The Hood Collection. Early Field Recordings From Java
320kbps
Pt1 + Pt2 on rapidshare
01. Lagon Tlutur (slendro pathet manyura)
02. Ladrang Asmarandana (slendro pathet manyura)
03. Jineman Uler Kambang (slendro pathet sanga)
04. Ketawang Tarupala (slendro pathet manyura)
05. Budak Ceurik
06. Ketawang Langen Gita Srinarendra (pelog pathet barang)
07. Kidung
08. Ladrang Kandamanyura (slendro pathet manyura)
09. Bandjaran
10. Gendhing Rambu (pelog pathet lima)

Javanesse Court gamelan


This is the one recorded in 1972 at the court performance. You can hear the birds chirping. Read about it at wiki.
Javanese Court Gamelan
rapidshare
1. Ketawang Puspawarna – 4:46
2. Gending Tejanata / Ladrang Sembawa / Ladrang Playon – 18:28
3. Gending Mandulpati / Ladrang Agun-Agun – 19:40
4. Bubaran Hudan Mas – 2:07

Java Plays Sunda


Java Sunda Country - The Art of the Gamelan Degung

1. Catrik
2. Sangku ratu
3. Lalayaran
4. Renggong buyut
5. Pajajaran
6. Jipang Lontang, Beber Layar
7. Lengser Midang
8. Purbasaka
9. Jipang Parwa
10. Maya Selas
11. Ujung Laut
12. Karang ulun

Minggu, 10 Mei 2009

Tetalu


Tetalu adalah jenis musik gamelan tarling instrumental. Biasanya sebagai musik pembuka (intro) dari sebuah pertunjukan sandiwara, drama tarling dan wayang kulit. Biasanya tetalu mempunyai durasi musik yang cukup panjang, antara 15 - 20 menit, bahkan lebih.

Download Tetalu :
Kamajaya Group - Tetalu Laras pelog
Kamajaya Group - Banjaran
Tetalu Abadi 1
Tetalu Abadi 2
Tetalu wayang
Tetalu
Pacul Gowang

Jumat, 08 Mei 2009

Degung Sabilulungan

Degung adalah gamelan khas tanah pasundan, Jawa Barat. Biasanya berirama slendro yang lembut.



Suara Parahiangan - Degung Sabilulungan

1. Sabilulungan (5.35)
2. Karedok Leunca (5.57)
3. Colenak (6.21)
4. Dikantun Tugas (6.05)
5. Ayun Ambing (5.35)
6. Ngantosan (6.18)
7. Karatagan Pahlawan (6.17)
8. B A N D U N G (5.45)
9. Karatagan Pemuda Indonesia (5.45)
10. Mojang Desa (5.37)

Download

Tari Topeng Cirebon (Mask Dance)

Tari Topeng adalah suatu pertunjukan tari khas Cirebon dan Indramayu, dimana sang penari menggunakan topeng kayu sebagai penutup wajah. Bentuk topeng itu sendiri ada beberapa bentuk, dan setiap bentuk mempunyai karakter sendiri-sendiri.

1.Panji :
Menggambarkan kesucian manusia yang baru lahir. Gerakannya halus dan lembut. Tidak seluruh tubuh digerakan.

2. Samba atau Pamindo :
Melambangkan kelincahan manusia dimasa kanak-kanak. Sikapnya lincah dan lucu tetapi juga luwes.

3. Rumyang :
Menggambarkan kehidupan seorang remaja pada masa akil baligh.
4. Tumenggung atau Patih :
Menggambarkan manusia yang sudah menginjak dewasa dan telah menemukan jati dirinya. Sikapnya tegas, berkepribadian, bertanggung jawab dan memiliki jiwa korsa yang Paripurna.

5. Kelana atau Rahwana :
Melambangkan sifat angkara murka yang terdapat dalam manusia.









Topeng Cirebon - Tarawangsa

1. Tatalu
2. Topeng Rahwana Klana
3. Topeng Rumyang
4. Saur - Pangameut
5. Panimang
6. Angin-Angin
7. Bangbalikan
8. Bangun








                               Tari Topeng Cirebon perform of Aerli Rasinah


                          Tari Topeng Kelana Udheng, hasil pengembangan Mimi Rasinah

                                  Tari Topeng Klana Gegesik, Cirebon


                                         Tari Topeng Samba




Selasa, 05 Mei 2009

Tayuban, tarian pergaulan

Tayuban adalah sejenis tarian pergaulan yang diiringi irama gamelan dan berkembang di tanah Jawa. Di wilayah Jawa Barat, khususnys wilayah Subang, Indramayu dan Cirebon disebut dengan istilah Ronggeng Dombret. Biasanya di wilayah ini tarian diiringi irama kliningan, pelog atau prawa dan lagu-lagu yang sama saat pagelaran wayang kulit, seperti Renggong, Dermayon, Kiser, dan Bendrong.
Tayuban biasanya digelar pada saat menjelang panen tiba (mapag sri), sedekah bumi, nadran, hiburan hajatan pernikahan, khitanan, dll. Tayuban biasanya ditarikan oleh beberapa penari wanita yang kemudian akan memberikan selendangnya kepada penonton lelaki yang kemudian akan diajak menari bersama.
Di wilayah Indramayu dan Cirebon, dekade 70-80an nama Uci Sanusi dengan Nirmala Group dan Anom Rusdi (juga dikenal sebagai dalang wayang kulit) dengan Langen Kusuma Group bisa disebut sebagai pionirnya. Dan sang sinden yang kondang bisa disebut Hj.Aam Kaminah, Inih Carinih, Itih S., dll.

TAYUBAN UCI GROUP - KISER BLONG - Hj. Aam Kaminah
Pimp : Awang WS
Prod : PT. Dian Pramudita Kusuma/Dian Records
E-Mail : management@prosoundrecords.com

Renggong Wayang (09:56)
Vitamin (07:06)
Renggong Manis (07:06)




Tayuban Pelog 3 Nirmala "Cirebon Berani"

Pimp: Patra Sopandi
Sinden: Hj.Aam Kaminah

1. Cirebon Berani
2. Kiser Adem Ayem Gaya
3. Kulu Kulu
4. Manis Kering




Tayuban - Remaja Kembang Melati

Gamelan Modern: Primadona
Pimp: Pepen Effendi
Sinden: Itih S.
Alamat: Desa Jemaras Kidul, Kec.Klangenan, Cirebon
Prod: Pandawa Records

Bayeman (10:55)
Bendrong Kering (10:44)
Cirebon Pegot (13:41)
Balean (02:01)
Remaja Kembang Melati (04:18)
Solo Di Waktu Malam (13:23)




Senin, 04 Mei 2009

Jayana, Master Of tarling's Music

Jayana adalah salah satu nama yang cukup disegani di kalangan musisi tarling. Terlahir di Desa Karangampel, Indramayu. Dalam karya-karyanya, ia banyak berduet dengan sinden kondang Dadang Darniyah.

Tarling Klasik :


Jayana album " LAHIR BATHIN"

Artist : Jaya Lelana group
Pimp : Jayana
Sinden : Eti Sudarti
Prod. : PT. Dian Pramudita Kusuma/Dian Records
E-mail : promotion@prosoundrecords.com

1. Lahir Batin (13:51)
2. Wangsit Pujangga (12:39)
3. Ngumbara (13:53)
4. Ngati Ati (12:55)


Tarling Gamelan :


Album : Kiser Manunggal - Klasik Cirebonan

Tarling : Endang Dharma
Pimp : Dadang Darniah S
Sinden : Dadang Darniah S
Wiraswara : Jayana
Prod : MTR/Gita records


Jayana & Dadang - Kiser Manunggal (13:57)
Jayana & Dadang - Dharma Bakti (13:53)
Jayana & Dadang - Kidang Mas (14:53)
Jayana & Dadang - Banjaran Solo (13:22)



 Album : Sunyaragi

Jayana & Dadang - Sunyaragi (13:51)
Jayana & Dadang - Layungsari (14:19)
Jayana & Dadang - Saedah Saba Desa (14:25)
Jayana & Dadang - Segagang Melati (13:49)





Album : Klasik Cirebonan

1. Puter Giling
2. Klasik Malela
3. Barat Pucuk
4. Rawe Rantas

Jumat, 01 Mei 2009

Tarling, pentatonic with guitar instrument

Tarling taken from words 'itar' (guitar) and 'suling' (flute). This music is adaptation from gamelan to guitar instrument.

Tarling adalah salah satu jenis musik yang populer di wilayah pesisir pantai utara (pantura) Jawa Barat, terutama wilayah Indramayu dan Cirebon. Nama tarling diidentikkan dengan nama instrumen itar (gitar) dan suling (seruling).
Menurut buku karya seniman dari Indramayu, Supali Kasim, Tarling, Migrasi Bunyi dari Gamelan Ke Gitar-Suling, musik tarling pertama kali muncul di Desa Kepandean, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Saat itu ada seorang komisaris Belanda yang meminta gitarnya supaya diperbaiki oleh salah seorang seniman gamelan yang bernama Mang Sakim. Dan hal ini memberi kesempatan kepada Mang Sakim untuk mempelajari nada-nada alat musik bule ini dan membandingkannya dengan nada-nada pentatonis gamelan.
Ketertarikan Mang Sakim pada instrumen gitar ternyata diturunkan pada putranya yang bernama Sugra. Sugra berusaha memasukkan nada-nada pentatonis di instrumen gitar ini. Dan sekitar dekade 30-an, sekitar tahun 1935-1940, musik tarling mewabah dikalangan masyarakat sekitar Indramayu dan Cirebon. Dan alat musik inipun dipadukan dengan gamelan sebagai pengiringnya. Namun yang pasti, nama tarling saat itu belum digunakan sebagai jenis aliran musik. Saat itu nama yang digunakan untuk menyebut jenis musik ini adalah Melodi Kota Ayu untuk wilayah Indramayu dan Melodi Kota Udang untuk wilayah Cirebon. Dan nama tarling baru diresmikan saat RRI sering menyiarkan jenis musik ini dan oleh Badan Pemerintah Harian (saat ini DPRD) pada tanggal 17 Agustus 1962 meresmikan nama Tarling sebagai nama resmi jenis musiknya.
Tak hanya Sugra, di Kabupaten Indramayu pun muncul sederet nama yang melambungkan tarling hingga ke berbagai pelosok daerah. Diantara mereka adalah Jayana, Raden Sulam, Carinih, Yayah Kamsiyah, Hj Dariyah, dan dadang darniyah. Dan tahun 1950-an di Kabupaten Cirebon muncul tokoh tarling bernama Uci Sanusi.
                                         H.Abdul Adjib

Kemudian pada dekade 1960-an muncul tokoh lain yang melambungkan jenis musik ini, yakni Abdul Adjib, dari Desa Buyut, Kecamatan Cirebon Utara, Kabupaten Cirebon, dan Sunarto Martaatmadja, asal Desa Jemaras, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon. Lulut Casmaya dari Kabupaten Majalengka.
                                   Wa Lulut Casmaya

Perlu di garis bawahi, bahwa diantara seniman tarling ini mempunyai basik musik yang berbeda-beda. Jayana banyak dipengaruhi oleh musik gamelan. Uci Sanusi sebelumnya adalah seniman keroncong dan teater. Dan Abdul Adjib banyak dipengaruhi oleh orang tuanya yang mempunyai grup sandiwara. Dan Sunarto (kemudian lebih akrab dipanggil Kang Ato) terpengaruh oleh musik dangdut.
Dalam perkembangannya, musik tarling banyak dikombinasikan dengan jenis seni yang lain. Seperti Jayana memadukan tarling dengan gamelan. Abdul Adjib dengan grupnya Putra Sangkala yang memadukan tarling dengan pagelaran drama. Narto dengan grup Nada Budaya, Pepen Effendi dan Maman S. mengkombinasikannya dengan musik dangdut.
Namun sayang, dalam perkembangan selanjutnya musik tarling banyak terkontaminasi dengan musik lain, yang justru menjauhkan musik ini dari akarnya. Seperti tarling dangdut dan juga organ tunggal yang banyak menggunakan instrumen elektronik, yang menghilangkan ciri khas musik tarling itu sendiri seperti gitar dan suling yang memainkan nada-nada pentatonik.

Karya-karya tarling legendaris:
-Baridin, karya Abdul Adjib
-Saedah Saeni, karya Uci sanusi
-Ajian Semar mesem
-Kang Ato Ayame Ilang (Gandrung Kapilayu), karya Sunarto MA.
-Kiser Manunggal, karya Jayana.
(Kiser adalah sastra lisan masyarakat Jawa, seperti pantun)

Lagu-lagu tarling :
-Kembang Kilaras
-Waru Doyong

Grup-grup Tarling:
- Putra Sangkala, pimpinan H.Abdul Adjib
- Nada Budaya, pimpinan Sunarto martaatmadja
- Kamajaya Grup, pimpinan Udin Zaen
- Primadona, pimpinan Pepen Effendi
- Cahaya Muda, pimpinan H.Ma'mun/Hj.Dariyah
- Bhayangkara Putra Buana
- Chandra Lelana, Pimpinan Maman Suparman
- Jaya Lelana, Pimpinan Jayana